Sabtu, 13 Mei 2017

Makalah Filsafat Ilmu Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi

MAKALAH
ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI, AKSIOLOGI
FILSAFAT ILMU
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Filsafat dan Logika

Dosen Pengampu : Khoirul Rosyadi, S.S., M.Si., Ph.d

Disusun oleh :
M. FUJI SUPRAPTO
150521100065

PRODI SOSIOLOGI
 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN

2015


KATA PENGANTAR

                      Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah tentang“ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI FILSAFAT ILMU” untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu filsafat dan logika. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah memberikan sumbangan baik materi maupun idenya.
Dan harapan kami semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan sumber ilmu bagi para pembaca. Semoga untuk ke depannya kami dapat memperbaiki dan menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
                      Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, Sehingga masih ada kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


          Bangkalan, 06 Oktober 2015



                                                                                   Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1  LATAR BELAKANG........................................................................ 1
1.2  RUMUSAN MASALAH.................................................................... 2
1.3  TUJUAN.............................................................................................. 2
BAB II : KAJIAN TEORI ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI FILSAFAT            ILMU........................................................................ 3
2.1  ONTOLOGI......................................................................................... 3
A.    PENGERTIAN ONTOLOGI...................................................... 3
B.     ALIRAN-ALIRAN ONTOLOGI………….................................4
2.2  EPISTIMOLOGI................................................................................ 4
A.    PENGERTIAN EPISTIMOLOGI.............................................. 4
B.     KEBENARAN PENGETAHUAN............................................... 4
2.3  AKSIOLOGI....................................................................................... 5
A.    PENGERTIAN AKSIOLOGI..................................................... 5
B.     NILAI DALAM AKSIOLOGI…................................................ 6
BAB III : PENUTUP............................................................................................ 7
            3.1 KESIMPULAN................................................................................... 7
            3.2 KRITIK DAN SARAN....................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 8



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti, apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi, cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan metode ilmiah, macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan, serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian yaitu, epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang guna pengetahuan. Mempelajari ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas ruang lingkup dan pembahasannya.
Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat,hanya saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula.Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan,bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain.Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji,bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan pengetahuan di atas,klasifikasi,tujuan dan perkembangannya.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian Ontologi dan aliran-alirannya?
b.      Apa pengertian  Epistimologi dan kebenaran pengetahuan?
c.       Apa pengertian Aksiologi dan nilainya?

1.3  Tujuan
a.       Untuk menjelaskan pengertian ontologi dan macam-macam alirannya.
b.      Untuk menguraikan pengertian ontologi dan kebenaran pengetahuan..
c.       Untuk menerangkan pengertian aksiologi dan nilai dalam aksiologi.





BAB II
KAJIAN TEORI TENTANG EPISTEMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI FILSAFAT ILMU

2.1 Ontologi
            A. Pengertian Ontologi
            Ontologi dalam bahasa inggris”ontology” berakar dari bahasa Yunani “on” berarti ada, dan “ontos” berarti keberadaan.
 Sedangkan “logos” berarti pemikiran (Lorenz Bagus:2000). Jadi, ontologi adalah pemikiran mengenai yang ada dan keberadaannya.
            Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On atau Ontos= ada, dan logos =ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani atau konkret maupun rohani atau abstrak.
            Teori ontologi pertama diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1939 M. untuk memahami teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolff (1679-1954) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum yang dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontology.
            Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi.
            Kosmologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang alam semesta. Psikologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang jiwa manusia. Teologi adalah cabang filsafat yang membicarakan Tuhan.

B. Aliran-aliran Ontologi
            1. Dualisme aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad, dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi
            2. Pluralisme paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
            3. Agnotisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan manusia mengetahui hakikat benda baik materi ataupun ruhani.

2.2 Epistimologi
B. Pengertian Epistimologi
            Secara etimologis istilah “epistemology” merupakan gabungan kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos berarti pengetahuan sistematik atau ilmu. Dengan demikian, epistimologi dapat diartikan sebagai suatu pemikiran mendasar dan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, epistimologi juga disebut sebagai “teori pengetahuan”.

B. Kebenaran Pengetahuan
            Seseorang yang memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indra akan berbeda cara pembuktiannya dengan seseorang yang bertumpu pada akal atau rasio, intuisi, otoritas, keyakinan dan wahyu. Beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran adalah sebagai berikut:
a.       Teori Koresponden menurut teori ini, kebenaran atau keadaan benar itu adalah kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta yang ada.
b.      Teori Konsistensi menurut teori ini, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kebenaran ditegaskan atas hubungan antara yang baru itu dengan putusan lainnya yang telah kita ketahui dan kita akui benarnya terlebih dahulu.
c.       Teori Prakmatis maksud teori ini adalah bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada aspek manfaat tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya.

     Berdasarkan tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah kesesuaian arti dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada aspek manfaat tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia.

2.3 Aksiologi
      A. Pengertian Aksiologi
      Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti sesuai atau wajar sedangkan logos berarti ilmu. Aksiologi disebut juga dengan teori nilai dan membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut.
      Objek kajian aksiologi adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu karena ilmu dalam kontek filsafat tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu, ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya, justru menimbulkan bencana.
            Secara historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethic) atau moral (moral). Tetapi sekarang ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih sering dipakai dalam dialog filosofis. Jadi aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk, benar dan salah, serta tentang cara dan tujuan.
B. Nilai dalam aksiologi
Dalam aksiologi, ada dua komponen mendasar yakni etika (moralitas) dan estetika (keindahan).
Etika adalah cabang filsafat  aksiologi yang membahas tentang
masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma dan adat istiadat yang berlaku pada komunitas tertentu. Etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap tuhan sebagai sang pencipta.
Dalam perkembangan sejarah etika, ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu, hedonisme, eudemonisme, utiliterisme, dan deontologi. Hedonisme adalah pandangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia diorientasikan untuk mengejar tujuan. Dan tujuan manusia itu sendiri adalah kebahagiaan. Utilitarisme yang berpendapat bahwa tujuan hokum adalah memajukan kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati. Deontologi adalah pemikiran tentang moral dalam bentuk suatu kehendak manusia.
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa di dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang menyeluruh.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani atau konkret maupun rohani atau abstrak. Ada beberapa aliran ontologi seperti: Dualisme, Pluralisme dan Agnotisme.
Secara etimologis istilah “epistemology” merupakan gabungan kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos berarti pengetahuan sistematik atau ilmu. Dengan demikian, epistimologi dapat diartikan sebagai suatu pemikiran mendasar dan sistematik mengenai pengetahuan.
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti sesuai atau wajar sedangkan logos berarti ilmu. Aksiologi disebut juga dengan teori nilai dan membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut.


3.2 Kritik dan Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, mohon sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan Sdan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah dan lupa.



DAFTAR PUSTAKA

Junitarohma.blogspot.com/2013/09/makalah-ontologi-filsafat-ilmu_6181.html?m=1
Tim Sunan Ampel. 2013. Pengantar Filsafat. Surabaya UIN Sunan Aampel.




















Sabtu, 06 Mei 2017

Kesan dan Pesan di PC IPM Sugio Lamongan

Setengah Dekade Langkah Kakiku di IPM
(Kesan dan Pesan selama berlabuh di IPM)
Muhammad Fuji Suprapto (NBA: 13.24.30851)




               
                Hai Ipmawan ipmawati yang saya hormati semoga tetap selalu dalam lindungan-Nya, dan tetap jalankan tampuk amanah kepemimpinan sesuai dengan AD/ART yang menjadi fundamen bagi keberlangsungan dan kemajuan keorganisasian Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Ada suatu adagium yang mengatakan berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian yang artinya berusaha atau berupaya terlebih dahulu kemudian kita menuai hasil kerja keras sesuai dengan seberapa besar pengorbanan yang kita korbankan untuk suatu hal tersebut. Adagium berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian pastinya dialami oleh sebagian orang sukses di dunia ini tidak terkecuali saya. Dalam perjalanan karir saya sebagai kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang dahulunya tidak mengetahuai apa itu IPM akhirnya pada saat mengenyam bangku SMA barulah tahu pasti seluk beluk mengenai Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) itu. Sebenarnya saya sudah tahu nama IPM sejak masa SMP tetapi tidak tahu secara utuh benefit dari IPM tersebut. Pada tahun 2012 barulah dimulai jejak langkah kakiku untuk mengabdikan diri menjadi kader IPM, dilantik dan dekret dari ketua pada saat itu artinya saya harus menjalankan ekspektasi yang ditaruhkan kepada pundak saya sebagai kepercayaan yang telah diberikan. Disitu (IPM SMA) ada suatu visi misi yang hendak dicapai dan terealisasi, agar supaya visi misi bisa terwujud semua harus bekerja bersama secara kolektif kolegial untuk mewujudkannya.
            Alhamdulillah pada saat itu saya aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dari tingkat ranting hingga cabang. Ditingkat ranting saya membawa panji-panji atas nama PR IPM Singgang dan PR IPM SMA Muhammadiyah 10 Sugio. Dari kedua ranting tersebut sama-sama memiliki visi memajukan individu di dalamnya seperti salah satunya programnya yakni menggalakkan kultum untuk kadernya agar supaya bisa belajar tampil bicara di depan banyak orang. Dibutuhkan proses disitu, meskipun sepandai-pandainya orang jika tidak ada pembiasaan untuk tampil di depan audiens pastinya tidak mau meskipun memiliki knowledge yang lebih. Jadi pembiasaan dan proses diperlukan untuk hal itu, agar individu bisa memiliki kepercayaan diri yang lebih serta bisa mengintropeksi diri.
            Kepemimpinan dan amanah tidak bisa dilakukan oleh individu yang tanpa adanya tanggung jawab kolektif didalamnya. Untuk kemajuan di organisasi perlu adanya rasa kolektif kolegial antara anggota dan stakeholder, mereka harus berjalan beriringan dalam mewujudkan visi misi agar terwujud untuk kedepannya. Selama saya mengabdi untuk IPM SMA Muhammadiyah 10 Sugio alhamdulillah bisa berjalan lancar dan sukses dalam mengemban amanah dikarenakan semua pengurus IPM di SMA saya bekerja bersama dalam mengemban amanah yang telah ditasbihkan kepada kita semua serta diperlukan rasa kekeluargaan dalam berorganisasi agar supaya bisa solid kedepannya.
            Selama saya ber-IPM alhamdulillah ada suatu perubahan dalam benak sanubariku, yakni penulis bisa merasa percaya diri dalam kehidupan sehari-hari tidak minder lagi yang dahulunya malu-malu kucing sekarang ini tidak lagi, sekarang bisa merasa hidup dengan enjoy dan bisa memaknai arti hidup yang sesungguhnya. Hidup tidak harus berakselerasi tetapi mengerti artinya suatu proses yang dimana diri kita melatih agar bisa sabar, tawakal, dan berdo’a serta menunggu hasil dari proses yang telah kita lalui dengan baik dengan mengutamakan sifat rasulullah amanah, sidiq, tabligh, fatanah dan jujur dalam suatu hal kebaikan. Pastinya dengan proses yang telah dilakukan itu benar insya allah akan menuai hasil yang menjadi ekspektasi dari setiap individu. Ingatlah bahwa janji allah Tuhan Yang Maha Esa pasti benar adanya jangan meragukan sedikitpun. Alhamdulillah pada saat itu guide saya di sekolahan yakni Bapak Ibu Dewan Guru memberikan suatu penanaman agar selalu berproses dalam suatu hal apapun dan disaat penulis menjadi bagian dari IPM di SMA selalu diberikan motivasi oleh Guru-guru agar supaya hidup bisa lebih baik lagi. Sebagai halnya sama seperti yang dikatakan oleh Mantan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudinn yakni “Mengapa tidak menjadi lebih baik lagi?”. Di dalam perkataan Din Syamsuddin tersebut mengandung sense yang indepth (mendalam), hal yang diutarakan oleh mantan ketua PP Muhammadiyah tersebut. Dalam tesis saya bahwa kita harus selalu berintropeksi diri dalam suatu hal apapun agar supaya bisa menjadi lebih baik lagi, mawas diri dibutuhkan untuk mengetahui kekurangan dari diri kita masing-masing. Dalam intropeksi tersebut kita tidak boleh sombong dan membanggakan diri dikarenakan masih ada banyak kekurangan yang kita miliki dan diri kita sendiri yang harus memperbaiki kekurangan itu.
Di dalam berorganisasi di IPM pasti ada kesan dan pesan yang menaunginya. Kesan dari saya yakni disitu bisa belajar bareng secara intens mengenai suatu kerjasama dalam satu visi misi yang ingin dituju. Perbedaan adalah hal yang lumrah terjadi dikarenakan pikiran dari individu yang satu dengan lainnya berbeda tetapi sama-sama memiliki tujuan yang mulia. Disini bisa sharing bersama dari pengalaman yang diperolehnya agar supaya rasa keakraban bisa menimbulkan kekeluargaan di dalamnya. Kesan selanjutnya yakni rasa kekeluargaan yang begitu erat antara senior dan junior bisa akrab tetapi masih saling menghargai dan menghormati orang yang lebih tua. Hal ini perlu dibiasakan dalam menghormati orang yang lebih tua dikarenakan sebagai sopan santun dan moral yang perlu dilatih untuk itu. Rasa kekeluargaan dibutuhkan bagi suatu keorganisasian agar supaya individu satu dengan yang lainnya saling mengenal bukan acuh tak acuh.
            Pesan saya untuk PC IPM Sugio yakni terus tingkatkan belajar dan berkarya dalam memajukan kiprah ghirah keorganisasian berkemajuan dan mewujudkan kader yang militan bukan ngintilan (ikut-ikutan). Individu yang ada di dalamnya harus memiliki kontribusi untuk memajukan roda keorganisasian sehingga menjadi suatu komponen atau sistem yang utuh kokoh dan berafiliasi. Perbanyak tulisan yang ada di media sosial seperti artikel, blogspot, wordpres dan lain sebagainya supaya keberadaan IPM banyak diketahui oleh masyrakat dan kembangkan kemandirian dalam menjalankan IPM agar berkemajuan, dibutuhkan rasa kepercayaan antar pengurus dan anggota supaya mereka bisa mengeluarkan kemampuan yang excited di dalamnya. Kepercayaan dalam menjalankan organsasi bisa membuat individu lebih lues dan terbuka. Pesan selanjutnya yakni perlunya revolusi mental sehingga para kader memiliki semangat yang membara dan keinginan untuk memajukan IPM lebih baik lagi dari hari kemarin. Sasaran dari revolusi mental ini adalah individu maka dari itu biasakan individu untuk mengemukakan pendapat. Mindset dari setiap individu harus diubah jangan malu-malu dalam menyampaikan aspirasi yang dimiliki, siapa tau kelompok yang biasanya diam tetapi memiliki pemikiran yang cemerlang hanya saja mereka malu untuk berbicara. Pesan yang terakhir yakni tetap semangat dalam menjalankan roda keorganisasian solid yang diharapkan, semua harus memiliki visi kedepan untuk maju lebih baik dihari kemudian. Tetaplah jadi organisasi yang selalu menginspirasi dan bermanfaat bagi semua, serta tanamkan pada individu untuk tetap menjalankan atau mengamalkan Al-Qur’an dan Sunah sehingga bisa hidup yang sukses, berhasil dan bahagia baik di dunia maupun diakhirat. Tetaplah di jalan Allah SWT supaya bisa menciptakan “baldatun thayibatun warabbun ghofur” untuk semuanya lebih sejahtera kedepannya. Akhir kata “Nuun walqolami wama yasturun” salam berkemajuan untuk kita semua supaya menjadi orang yang berguna.