Sabtu, 13 Mei 2017

Makalah Filsafat Ilmu Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi

MAKALAH
ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI, AKSIOLOGI
FILSAFAT ILMU
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Filsafat dan Logika

Dosen Pengampu : Khoirul Rosyadi, S.S., M.Si., Ph.d

Disusun oleh :
M. FUJI SUPRAPTO
150521100065

PRODI SOSIOLOGI
 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN

2015


KATA PENGANTAR

                      Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah tentang“ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI FILSAFAT ILMU” untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu filsafat dan logika. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah memberikan sumbangan baik materi maupun idenya.
Dan harapan kami semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan sumber ilmu bagi para pembaca. Semoga untuk ke depannya kami dapat memperbaiki dan menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
                      Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, Sehingga masih ada kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


          Bangkalan, 06 Oktober 2015



                                                                                   Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1  LATAR BELAKANG........................................................................ 1
1.2  RUMUSAN MASALAH.................................................................... 2
1.3  TUJUAN.............................................................................................. 2
BAB II : KAJIAN TEORI ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI FILSAFAT            ILMU........................................................................ 3
2.1  ONTOLOGI......................................................................................... 3
A.    PENGERTIAN ONTOLOGI...................................................... 3
B.     ALIRAN-ALIRAN ONTOLOGI………….................................4
2.2  EPISTIMOLOGI................................................................................ 4
A.    PENGERTIAN EPISTIMOLOGI.............................................. 4
B.     KEBENARAN PENGETAHUAN............................................... 4
2.3  AKSIOLOGI....................................................................................... 5
A.    PENGERTIAN AKSIOLOGI..................................................... 5
B.     NILAI DALAM AKSIOLOGI…................................................ 6
BAB III : PENUTUP............................................................................................ 7
            3.1 KESIMPULAN................................................................................... 7
            3.2 KRITIK DAN SARAN....................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 8



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti, apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi, cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan metode ilmiah, macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan, serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian yaitu, epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang guna pengetahuan. Mempelajari ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas ruang lingkup dan pembahasannya.
Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat,hanya saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula.Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan,bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain.Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji,bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan pengetahuan di atas,klasifikasi,tujuan dan perkembangannya.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian Ontologi dan aliran-alirannya?
b.      Apa pengertian  Epistimologi dan kebenaran pengetahuan?
c.       Apa pengertian Aksiologi dan nilainya?

1.3  Tujuan
a.       Untuk menjelaskan pengertian ontologi dan macam-macam alirannya.
b.      Untuk menguraikan pengertian ontologi dan kebenaran pengetahuan..
c.       Untuk menerangkan pengertian aksiologi dan nilai dalam aksiologi.





BAB II
KAJIAN TEORI TENTANG EPISTEMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI FILSAFAT ILMU

2.1 Ontologi
            A. Pengertian Ontologi
            Ontologi dalam bahasa inggris”ontology” berakar dari bahasa Yunani “on” berarti ada, dan “ontos” berarti keberadaan.
 Sedangkan “logos” berarti pemikiran (Lorenz Bagus:2000). Jadi, ontologi adalah pemikiran mengenai yang ada dan keberadaannya.
            Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On atau Ontos= ada, dan logos =ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani atau konkret maupun rohani atau abstrak.
            Teori ontologi pertama diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1939 M. untuk memahami teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolff (1679-1954) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum yang dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontology.
            Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi.
            Kosmologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang alam semesta. Psikologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang jiwa manusia. Teologi adalah cabang filsafat yang membicarakan Tuhan.

B. Aliran-aliran Ontologi
            1. Dualisme aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad, dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi
            2. Pluralisme paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
            3. Agnotisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan manusia mengetahui hakikat benda baik materi ataupun ruhani.

2.2 Epistimologi
B. Pengertian Epistimologi
            Secara etimologis istilah “epistemology” merupakan gabungan kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos berarti pengetahuan sistematik atau ilmu. Dengan demikian, epistimologi dapat diartikan sebagai suatu pemikiran mendasar dan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, epistimologi juga disebut sebagai “teori pengetahuan”.

B. Kebenaran Pengetahuan
            Seseorang yang memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indra akan berbeda cara pembuktiannya dengan seseorang yang bertumpu pada akal atau rasio, intuisi, otoritas, keyakinan dan wahyu. Beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran adalah sebagai berikut:
a.       Teori Koresponden menurut teori ini, kebenaran atau keadaan benar itu adalah kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta yang ada.
b.      Teori Konsistensi menurut teori ini, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kebenaran ditegaskan atas hubungan antara yang baru itu dengan putusan lainnya yang telah kita ketahui dan kita akui benarnya terlebih dahulu.
c.       Teori Prakmatis maksud teori ini adalah bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada aspek manfaat tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya.

     Berdasarkan tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah kesesuaian arti dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada aspek manfaat tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia.

2.3 Aksiologi
      A. Pengertian Aksiologi
      Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti sesuai atau wajar sedangkan logos berarti ilmu. Aksiologi disebut juga dengan teori nilai dan membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut.
      Objek kajian aksiologi adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu karena ilmu dalam kontek filsafat tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu, ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya, justru menimbulkan bencana.
            Secara historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethic) atau moral (moral). Tetapi sekarang ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih sering dipakai dalam dialog filosofis. Jadi aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk, benar dan salah, serta tentang cara dan tujuan.
B. Nilai dalam aksiologi
Dalam aksiologi, ada dua komponen mendasar yakni etika (moralitas) dan estetika (keindahan).
Etika adalah cabang filsafat  aksiologi yang membahas tentang
masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma dan adat istiadat yang berlaku pada komunitas tertentu. Etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap tuhan sebagai sang pencipta.
Dalam perkembangan sejarah etika, ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu, hedonisme, eudemonisme, utiliterisme, dan deontologi. Hedonisme adalah pandangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia diorientasikan untuk mengejar tujuan. Dan tujuan manusia itu sendiri adalah kebahagiaan. Utilitarisme yang berpendapat bahwa tujuan hokum adalah memajukan kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati. Deontologi adalah pemikiran tentang moral dalam bentuk suatu kehendak manusia.
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa di dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang menyeluruh.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani atau konkret maupun rohani atau abstrak. Ada beberapa aliran ontologi seperti: Dualisme, Pluralisme dan Agnotisme.
Secara etimologis istilah “epistemology” merupakan gabungan kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos berarti pengetahuan sistematik atau ilmu. Dengan demikian, epistimologi dapat diartikan sebagai suatu pemikiran mendasar dan sistematik mengenai pengetahuan.
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti sesuai atau wajar sedangkan logos berarti ilmu. Aksiologi disebut juga dengan teori nilai dan membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut.


3.2 Kritik dan Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, mohon sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan Sdan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah dan lupa.



DAFTAR PUSTAKA

Junitarohma.blogspot.com/2013/09/makalah-ontologi-filsafat-ilmu_6181.html?m=1
Tim Sunan Ampel. 2013. Pengantar Filsafat. Surabaya UIN Sunan Aampel.




















Sabtu, 06 Mei 2017

Kesan dan Pesan di PC IPM Sugio Lamongan

Setengah Dekade Langkah Kakiku di IPM
(Kesan dan Pesan selama berlabuh di IPM)
Muhammad Fuji Suprapto (NBA: 13.24.30851)




               
                Hai Ipmawan ipmawati yang saya hormati semoga tetap selalu dalam lindungan-Nya, dan tetap jalankan tampuk amanah kepemimpinan sesuai dengan AD/ART yang menjadi fundamen bagi keberlangsungan dan kemajuan keorganisasian Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Ada suatu adagium yang mengatakan berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian yang artinya berusaha atau berupaya terlebih dahulu kemudian kita menuai hasil kerja keras sesuai dengan seberapa besar pengorbanan yang kita korbankan untuk suatu hal tersebut. Adagium berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian pastinya dialami oleh sebagian orang sukses di dunia ini tidak terkecuali saya. Dalam perjalanan karir saya sebagai kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang dahulunya tidak mengetahuai apa itu IPM akhirnya pada saat mengenyam bangku SMA barulah tahu pasti seluk beluk mengenai Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) itu. Sebenarnya saya sudah tahu nama IPM sejak masa SMP tetapi tidak tahu secara utuh benefit dari IPM tersebut. Pada tahun 2012 barulah dimulai jejak langkah kakiku untuk mengabdikan diri menjadi kader IPM, dilantik dan dekret dari ketua pada saat itu artinya saya harus menjalankan ekspektasi yang ditaruhkan kepada pundak saya sebagai kepercayaan yang telah diberikan. Disitu (IPM SMA) ada suatu visi misi yang hendak dicapai dan terealisasi, agar supaya visi misi bisa terwujud semua harus bekerja bersama secara kolektif kolegial untuk mewujudkannya.
            Alhamdulillah pada saat itu saya aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dari tingkat ranting hingga cabang. Ditingkat ranting saya membawa panji-panji atas nama PR IPM Singgang dan PR IPM SMA Muhammadiyah 10 Sugio. Dari kedua ranting tersebut sama-sama memiliki visi memajukan individu di dalamnya seperti salah satunya programnya yakni menggalakkan kultum untuk kadernya agar supaya bisa belajar tampil bicara di depan banyak orang. Dibutuhkan proses disitu, meskipun sepandai-pandainya orang jika tidak ada pembiasaan untuk tampil di depan audiens pastinya tidak mau meskipun memiliki knowledge yang lebih. Jadi pembiasaan dan proses diperlukan untuk hal itu, agar individu bisa memiliki kepercayaan diri yang lebih serta bisa mengintropeksi diri.
            Kepemimpinan dan amanah tidak bisa dilakukan oleh individu yang tanpa adanya tanggung jawab kolektif didalamnya. Untuk kemajuan di organisasi perlu adanya rasa kolektif kolegial antara anggota dan stakeholder, mereka harus berjalan beriringan dalam mewujudkan visi misi agar terwujud untuk kedepannya. Selama saya mengabdi untuk IPM SMA Muhammadiyah 10 Sugio alhamdulillah bisa berjalan lancar dan sukses dalam mengemban amanah dikarenakan semua pengurus IPM di SMA saya bekerja bersama dalam mengemban amanah yang telah ditasbihkan kepada kita semua serta diperlukan rasa kekeluargaan dalam berorganisasi agar supaya bisa solid kedepannya.
            Selama saya ber-IPM alhamdulillah ada suatu perubahan dalam benak sanubariku, yakni penulis bisa merasa percaya diri dalam kehidupan sehari-hari tidak minder lagi yang dahulunya malu-malu kucing sekarang ini tidak lagi, sekarang bisa merasa hidup dengan enjoy dan bisa memaknai arti hidup yang sesungguhnya. Hidup tidak harus berakselerasi tetapi mengerti artinya suatu proses yang dimana diri kita melatih agar bisa sabar, tawakal, dan berdo’a serta menunggu hasil dari proses yang telah kita lalui dengan baik dengan mengutamakan sifat rasulullah amanah, sidiq, tabligh, fatanah dan jujur dalam suatu hal kebaikan. Pastinya dengan proses yang telah dilakukan itu benar insya allah akan menuai hasil yang menjadi ekspektasi dari setiap individu. Ingatlah bahwa janji allah Tuhan Yang Maha Esa pasti benar adanya jangan meragukan sedikitpun. Alhamdulillah pada saat itu guide saya di sekolahan yakni Bapak Ibu Dewan Guru memberikan suatu penanaman agar selalu berproses dalam suatu hal apapun dan disaat penulis menjadi bagian dari IPM di SMA selalu diberikan motivasi oleh Guru-guru agar supaya hidup bisa lebih baik lagi. Sebagai halnya sama seperti yang dikatakan oleh Mantan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudinn yakni “Mengapa tidak menjadi lebih baik lagi?”. Di dalam perkataan Din Syamsuddin tersebut mengandung sense yang indepth (mendalam), hal yang diutarakan oleh mantan ketua PP Muhammadiyah tersebut. Dalam tesis saya bahwa kita harus selalu berintropeksi diri dalam suatu hal apapun agar supaya bisa menjadi lebih baik lagi, mawas diri dibutuhkan untuk mengetahui kekurangan dari diri kita masing-masing. Dalam intropeksi tersebut kita tidak boleh sombong dan membanggakan diri dikarenakan masih ada banyak kekurangan yang kita miliki dan diri kita sendiri yang harus memperbaiki kekurangan itu.
Di dalam berorganisasi di IPM pasti ada kesan dan pesan yang menaunginya. Kesan dari saya yakni disitu bisa belajar bareng secara intens mengenai suatu kerjasama dalam satu visi misi yang ingin dituju. Perbedaan adalah hal yang lumrah terjadi dikarenakan pikiran dari individu yang satu dengan lainnya berbeda tetapi sama-sama memiliki tujuan yang mulia. Disini bisa sharing bersama dari pengalaman yang diperolehnya agar supaya rasa keakraban bisa menimbulkan kekeluargaan di dalamnya. Kesan selanjutnya yakni rasa kekeluargaan yang begitu erat antara senior dan junior bisa akrab tetapi masih saling menghargai dan menghormati orang yang lebih tua. Hal ini perlu dibiasakan dalam menghormati orang yang lebih tua dikarenakan sebagai sopan santun dan moral yang perlu dilatih untuk itu. Rasa kekeluargaan dibutuhkan bagi suatu keorganisasian agar supaya individu satu dengan yang lainnya saling mengenal bukan acuh tak acuh.
            Pesan saya untuk PC IPM Sugio yakni terus tingkatkan belajar dan berkarya dalam memajukan kiprah ghirah keorganisasian berkemajuan dan mewujudkan kader yang militan bukan ngintilan (ikut-ikutan). Individu yang ada di dalamnya harus memiliki kontribusi untuk memajukan roda keorganisasian sehingga menjadi suatu komponen atau sistem yang utuh kokoh dan berafiliasi. Perbanyak tulisan yang ada di media sosial seperti artikel, blogspot, wordpres dan lain sebagainya supaya keberadaan IPM banyak diketahui oleh masyrakat dan kembangkan kemandirian dalam menjalankan IPM agar berkemajuan, dibutuhkan rasa kepercayaan antar pengurus dan anggota supaya mereka bisa mengeluarkan kemampuan yang excited di dalamnya. Kepercayaan dalam menjalankan organsasi bisa membuat individu lebih lues dan terbuka. Pesan selanjutnya yakni perlunya revolusi mental sehingga para kader memiliki semangat yang membara dan keinginan untuk memajukan IPM lebih baik lagi dari hari kemarin. Sasaran dari revolusi mental ini adalah individu maka dari itu biasakan individu untuk mengemukakan pendapat. Mindset dari setiap individu harus diubah jangan malu-malu dalam menyampaikan aspirasi yang dimiliki, siapa tau kelompok yang biasanya diam tetapi memiliki pemikiran yang cemerlang hanya saja mereka malu untuk berbicara. Pesan yang terakhir yakni tetap semangat dalam menjalankan roda keorganisasian solid yang diharapkan, semua harus memiliki visi kedepan untuk maju lebih baik dihari kemudian. Tetaplah jadi organisasi yang selalu menginspirasi dan bermanfaat bagi semua, serta tanamkan pada individu untuk tetap menjalankan atau mengamalkan Al-Qur’an dan Sunah sehingga bisa hidup yang sukses, berhasil dan bahagia baik di dunia maupun diakhirat. Tetaplah di jalan Allah SWT supaya bisa menciptakan “baldatun thayibatun warabbun ghofur” untuk semuanya lebih sejahtera kedepannya. Akhir kata “Nuun walqolami wama yasturun” salam berkemajuan untuk kita semua supaya menjadi orang yang berguna.


Sabtu, 04 Maret 2017

Makalah Morfologi Kota Padang Sumatra Barat (Sosiologi Perkotaan)

MORFOLOGI KOTA PADANG
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Perkotaan
Description: Description: Description: D:\Elvain's Data\20150802082300.jpg
                                                      Disusun Oleh :
1.      M. Fuji Suprapto                           150521100065
2.      Mar’atus Sholikhah                       150521100069
3.      Muhammad Reza                          150521100047
4.      Fathul Adhan                                150521100068
5.      Arlisah                                           150521100070
6.      M. Wasil Hefdi                             150521100072


PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2016



KATA PENGANTAR

            Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadiratn-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami tentang “MORFOLOGI KOTA PADANG” guna memenuhi tugas mata kuliah sosiologi perkotaan. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkonstribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
            Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk  kedepannya semoga kami bisa memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik.
            Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

            Bangkalan,  08 September 2016



    penyusun




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................... 1
            1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................... 1
            1.2 RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 2
            1.3 TUJUAN PENULISAN ......................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
            2.1 SEJARAH KOTA PADANG ................................................................ 3
            2.2 PERKAMBANGAN MORFOLOGI KOTA PADANG ...................... 5
            2.3 KARAKTERISTIK KOTA PADANG ................................................. 5
            2.4 FAKTOR PEMBENTUK KOTA PADANG ........................................ 10
 BAB III : PENUTUP ............................................................................................. 13
             3.1 KESIMPULAN ..................................................................................... 13
             3.2 SARAN ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA  ........................................................................................... 14


  
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Morfologi terdiri dari dua suku kata yaitu morf yang berarti bentuk dan logos yang berarti ilmu secara sederhana morfologi kota adalah ilmu yang mempelajari produk bentuk-bentuk fisik kota secara logis. Morfologi merupakan pendekatan dalam memahami bentuk logis sebuah kota sebagai produk perubahan sosio-spatial. Disebabkan karena setiap karakteristik sosial-spatial disetiap tempat berbeda-beda maka istilah morfologi sangat erat kaitannya dengan istilah tipologi. Bentuk morfologi pada suatu kawasan tercermin pada pola tata ruang bentuk arsitektur bangunan dan elemen-elemen fisik kota lainnya pada seleruhan konteks perkembangan kota. Setelah itu terjadilah aktivitas sosial, ekonomi, budaya, politik dalam masyarakat sehingga, membawa implikasi perubahan pada karakter dan bentuk morfologi kawasan kota. Waktu juga mempengaruhi perkembangan khusus pada aspek yang berhubungan langsung dengan penggunan lahan perkotaan maupun lahan pedesaan.
Kota padang atau sering disebut tanah minang merupakan salah satu kota yang mempunyai ciri khas mengedepankan matrilinial. Kota ini merupakan pintu gerbang barat Indonesia dari Samudra Hindia. Padang memiliki wilayah seluas 694,96 km² dengan kondisi geografi berbatasan dengan laut dan dikelilingi perbukitan dengan ketinggian mencapai 1.853 mdpl. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Padang tahun 2014, kota ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.000.096 jiwa.
      Untuk memenuhi tugas matakuliah sosiologi perkotaan dengan judul morfologi kota padang. Kami berharap dapat mengalih lebih dalam tentang apa itu morfologi lebih khususnya morfologi kota padang.






1.2 Rumusan Masalah

1.      Bagaimana sejarah kota Padang ?
2.      Bagaimana perkembangan morfologi kota Padang ?
3.      Bagaimana karakteristik kota Padang ?
4.      Bagaimana  aspek atau faktor yang mempengaruhi bentuk kota Padang ?

1.3 Tujuan

1.      Mengetahui sejarah kota Padang
2.      Mengetahui perkembangan morfologi kota Padang
3.      Mengetahui karakteristik kota Padang
4.      Mengetahui aspek atau faktor yang mempengaruhi bentuk kota Padang




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kota Padang
2.1.1 Masa Awal (sebelum abad 17)

            Kota padang merupakan kota yang memiliki tanah lapang yang sangat besar sehingga, dinamakan Padang. Pada abad ke-14 (1340-1375) Padang merupakan bagian dari kerajaan pagaruyung yang dipimpin oleh Aditya Warman terdapat di Minangkabau. Pada masa itu wilayah Padang hanya dikenal sebagai kampung nelayan. Yakni kampung Batung dan diperintah oleh penghulu 8 suku dengan sistem pemerintahan nagari.
Sekitar abad ke-15 dan 16 kerajaan Aceh dibawah pemerintahan Iskandar Muda meluaskan wilayah kekuasaan dan perdagangannya sampai ke pesisir wilayah pantai barat. Minangkabau seperti Tiku, Pariyaman, dan Indrapura. Hingga pada akhir abad ke-17 kerajaan ini masuk ke dalam daerah kekuasaan kesultanan Aceh.

2.1.2 Masa Kolonial (abad 17 sampai 19)
           
            Bangsa asing yang mengunjungi Padang pertama kali adalah Inggris di tahun 1964. Namun Padang mulai berkembang dibawah kekusaan Belanda dengan VOC sebagai alat. Runtuhnya kerajaaan pagaruyung ditandai dengan penandatanganan perjanjian antara kaum adat dengan pihak Belanda sebagai dampak dari perang Padri.
            VOC merupakan politik devide at impera (pecah belah) dalam perluasan perdagangan dan kekuasaan akibatnya timbul ketegangan masyarakat di kota-kota pesisir pantai Sumatra. Kerajaan Aceh dipropaganda oleh VOC seolah akan menguasai Padang. VOC berdalih membantu masyarakat menghadapi Aceh
            VOC menyadari dan melihat Padang sangat strategis dan dijadikan pusat perdagangan dan pemerintahan. Pulau Cingpua dan Batang Arau lebih baik dijadikan sebagai daerah pelabuhan. Melalui penghulu terkemuka Padang yang bernama orang kayo kaclak, VOC dapat izin mendirikan loji pertama pada tahun 1667 di kota Padang.
            Inilah titik awal Padang tumbuh sebagai kota tidak cuma sebagai pelabuhan tetapi sebagai pusat perdagangan. Gudang-gudang besar mulai dibangun untuk tempat pengumpulan barang. Pelabuhan muara begitu sibuk melayani arus perdagangan sehingga wilayah ini tumbuh menjadi pusat pemukiman.
            Belanda tidak saja meluaskan perdagangannya melalui VOC, tetapi mulai dapat memerintah masyarakat. Dari Muara padang ini pusat pemerintahan dan perdagangan Belanda digerakkan ke seluruh pelosok Sumatra bagian tengah.
            Kondisi ini menimbulkan ketidakpuasan dikalangan rakyat. Rakyat merasakan bahwa Belanda tidak lagi berdagang, tetapi sudah menjajah. Rakyat mulai melakukan perlawanan. Puncaknya terjadi pada tanggal 7 Agustus tahun 1669 di mana masyarakat Pauh dan Koto Tengah berhasil menguasai bangunan Belanda di Muara serta banyaknya orang Belanda yang dibunuh. Peristiwa ini kemudian diabadikan sebagai tahun kelahiran Kota Padang, setiap tahunnya diperingati sebagai hari jadi Kota Padang.

2.1.3 Awal Kemerdekaan (abad ke-19 sampai sekarang)

            Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Mr. Abubakar Jaar diangkat sebagai walikota pertama kota Padang dalam negara kesatuan Republik Indonesia.
            SK Gubernur Sumatra Tengah No. 65/GP50 tanggal 19 Agustus 1950 menetapkan pemerintah kota Padang sebagai daerah otonom. Sementara menunggu penetapannya sesuai dengan undang-undang tahun 1948. Saat itu kota Padang diperluas, kewedanan Padang dihapus dan urusannya pindah ke walikota Padang. SK Gubernur Sumatra Barat No. 1/G/PD/1958, tanggal 29 Mei 1958 secara de facto menetapkan kota Padang sebagai ibu kota provinsi sumatra Barat secara de jure Padang menjadi ibukota sumatra barat yang ditandai dengan keluarnya UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah dengan kota madya Padang dijadikan daerah otonom dan wilayah administratif yang dikepalai oleh seorang walikota. Pada awalnya luas Kota Padang adalah 33 km², yang terdiri dari 3 kecamatan dan 13 kampung, yaitu kecamatan Padang Barat, Padang Selatan, Padang Timur.
            Dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 1979 dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tanggal 21 Maret 1980 wilayah kota Padang menjadi 694,96 km², yang terdiri dari 11 kecamatan dan 193 kelurahan. Dengan dicanangkannya pelaksanaan otonomi daerah sejak tanggal 1 Januari 2001, maka wilayah administratif kota Padang dibagi dalam 11 kecamatan dan 103 kelurahan. Dengan keluarnya peraturan Daerah kota Padang Nomor16 tahun 2004 tentang pembentukan organisasi kelurahan maka jumlah kelurahan di kota Padang.


2.2 Perkembangan Morfologi  Kota Padang

            Pada masa awal, kota Padang berkembang mengikuti aliran Sungai Batang Arau yang memisahkan antara kawasan permukiman dengan hutan. Sementara perkembangan fisik kota dapat diindikasikan secara kasat mata melalui penggunaan lahan. Pertambahan populasi terus menerus mengakibatkan peningkatan alokasi lahan sebagai kawasan permukiman dan perluasan wilayah perkotaan. Perluasan kota Padang bukan berbentuk lingkaran konsentrik melainkan dalam bentuk memanjang kearah utara.
            Pusat kota juga berpindah dari batang arau ke sebelah utaranya, hal ini terjadi karena beberapa perusahaan jasa dan pemerintah lebih suka berada di tengah-tengah konsumen mereka. Saat perpindahan terjadi beberapa kegiatan yang berada di pusat kota lama suka ikut berindah ke utara, hal tersebut terjadi karena aktivitas pendukug fasilitas juga berpindah ke arah utara. Hal ini dikarenakan sebelah barat dan selatan kota Padang dibatasi oleh gunung Padang dan Samudra Hindia. Oleh sebab itu, perluasan ke arah utara dan mendekati timur adalah perluasan yang memungkinkan.
            Pada masa kolonial berpedoman benteng VOC sebagai pusat kota dikala itu sehingga sampai saat masih dapat dijumpai benteng VOC sebagai titik nol. Perubahan spasial kota Padang sebelum abad ke 20 merupakan kombinasi dialektik antara penetrasi kolonial dan resistensi pribumi. Ekspresi keruangan morfolologi kota didominasi oleh sistem kota pertahanan, kanal-kanal, pemukiman multi etnik dan pola sirkulasi organik. Pada abad ke 20 perubahan lebih banyak didorong oleh intervensi perencanaan pemerintah Hindia Belanda untuk mengisi pola dan struktur kota serta mengatur fungsi utama kota yang telah ada. Sehinggga ekspresi keruangan morfologi Kota Padang sekarang ini masih banyak dipengaruhi perkembangan masalahnya.

2.3 Karakteristik kota padang

            Kota Padang adalah ibu kota dari provinsi Sumatra Barat yang memiliki luas 694,96 km2 dimana lebih dari 60% dari luar keseluruhan yaitu ± 434,63 km2 merupakan daerah perbukitan yanng ditutupi hutan lindung dengan ketinggian mencapai 1.853 mdpl sedangkan selebihnya merupkan daeerah efektif perkotaan. Kota Padang dihuni oleh 871.534 jiwa yang didominasi oleh Etnis Minangkabau dan mayoritas masyarakatnya beragama islam (DAK,2012) 
            Karakteristik ruang perkotaan kota padang adalah letaknya yang menghadap Samudra Hindia dan dikelilingi oleh jajaran pegunungan bukit barisan sedangkan untuk perkembangan kawasan urban di Padang bergerak ke arah Utara dan Timur dari kawasan kota tua di muara sungai Batang Arau. Sejak tahun 1995, pemerintahannya telah mulai mengembangkan konsep bidang kota dan ruang terbuka hijau yang berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang nyaman dan indah, sekaligus sebagai salah satu sarana rekreasi terutama bagi warga kotanya.
            Kota Padang juga merupakan pusat perekonomian denngan jumlah pendapatan perkapita tertinggi di Sumatra Barat. Kota Padang memiliki sebuah kota lama yang berada tak jauh dari Benteng dan gudang-gudang kompeni belanda dan pemukiman saudagar India dan Cina.
            Sedangkan pada jalan Batang Arau, yang dulunya merupakan jalan Promenade dan jalan pelabuhan sebelum terbukanya pelabuhan Teluk Bayur (1892) jalan ini merupakan tempat penyandar kapal layar kecil yang akan mengantarkan muatan ke kapal Samudra yang berlabuh di belakang pulau Pisang Gadang. Dan sampai sekarang kebanyakan gedung-gedung ini masih digunakan sebagai gudang.
            Gedung zaman Belanda lainnya dapat ditemui disepannjang jalan Batang Arau ke arah muara. Mayoritas gedung-gedung tersebut dulunnya merupakan kantor dan gudang perusahaan Eropa, gedung pemerintah kolonial, gedung bank dan perkantoran lain.
              Pada tahun 1833 suatu pasukan klingaleezen dan sipahis datang ke Padang untuk mengerjakan suatu kebun. Berlawanan dengan orang-orang Cina, imigran-imigran dari India ini telah beradaptasi baik dengan adat istiadat tetangga mereka yaitu orang melayu dan Minangkabau. Dapat dilihat dari hampir semua upacara pernikahan yang dilakukan orang India pada masa kini mengikuti pola adat Minangkabau yang bersifat matrilinial, sedangkan dalam organisasi sosial masiih banyak tatanan bilateral yang dibawa dari India untuk dipertahankan.
            Kota Padang terkenal dengan rumah Gadang (rumah adat) sebagai identitas dan kebanggaan namun sekarang banyak rumah Gadang yang dibiarkan lapuh dan tak terurus. Saat ini rumah Gadang yang masih terawat dan berdiri megahpun jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Kontras dengan sejarahnya rumah Gadang berdiri megah hampir disetiap sudut perkampungan.
a.      Karakteristik Agama
Mayoritas penduduk Kota Padang memeluk agama Islam. Kebanyakan pemeluknya adalah orang Minangkabau. Agama lain yang dianut di kota ini adalah Kristen, Buddha, dan Khonghucu, yang kebanyakan dianut oleh penduduk bukan dari suku Minangkabau. Beragam tempat peribadatan juga dijumpai di kota ini. Selain didominasi oleh masjid, gereja dan klenteng juga terdapat di Kota Padang. Masjid Raya Ganting merupakan masjid tertua di kota ini, yang dibangun sekitar tahun 1700. Sebelumnya masjid ini berada di kaki Gunung Padang sebelum dipindahkan ke lokasi sekarang. Beberapa tokoh nasional pernah salat di masjid ini di antaranya Soekarno, Hatta, Hamengkubuwana IX dan A.H. Nasution. Bahkan Soekarno sempat memberikan pidato di masjid ini. Masjid ini juga pernah menjadi tempat embarkasi haji melalui pelabuhan Emmahaven (sekarang Teluk Bayur) waktu itu, sebelum dipindahkan ke Asrama Haji Tabing sekarang ini.Gereja Katholik dengan arsitektur Belanda telah berdiri sejak tahun 1933 di kota ini, walaupun French Jesuits telah mulai melayani umatnya sejak dari tahun 1834, seiring bertambahnya populasi orang Eropa waktu itu.Dalam rangka mendorong kegairahan penghayatan kehidupan beragama terutama bagi para penganut agama Islam pada tahun 1983 untuk pertama kalinya di kota ini diselenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional yang ke-13.
b.      Karakteristik Perekonomian
 Kota Padang sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-19 telah mengalami pertumbuhan ekonomi cepat yang didorong oleh tingginya permintaan kopi dari Amerika. Akibatnya pada tahun 1864 telah berdiri salah satu cabang Javaansche Bank yakni bank yang bertanggung jawab terhadap mata uang di Hindia Belanda serta telah mengikuti standar selaras dengan yang ada di negara Belanda. Seiring itu pada 1879 juga telah muncul bank simpan pinjam. Hal ini mencerminkan tingginya tingkat peredaran uang di kota ini.
Kota ini menempatkan sektor industri, perdagangan dan jasa menjadi andalan dibandingkan dengan sektor pertanian dalam mendorong perekonomian masyarakatnya. Hal ini terjadi karena transformasi ekonomi kota cenderung mengubah lahan pertanian menjadi kawasan industri. Walaupun di sisi lain industri pengolahan di kota ini telah memberikan kesempatan lapangan pekerjaan yang cukup berarti.
Di kota ini terdapat sebuah pabrik semen yang bernama PT Semen Padang dan telah beroperasi sejak didirikan pada tahun 1910. Pabrik semen ini berlokasi di Indarung dan merupakan pabrik semen yang pertama di Indonesia dengan kapasitas produksi 5.240.000 ton per tahun. Hampir 63% dari produksiny (baik dalam bentuk kemasan zak maupun curah) didistribusikan melalui laut dengan memanfaatkan pelabuhan Teluk Bayur. Selepas reformasi politik dan ekonomi, masyarakat Minang umumnya menuntut pemerintah pusat untuk melaksanakan spin off (pemisahan) PT Semen Padang dari induknya PT Semen Gresik, yang mana sejak tahun 1995 telah di merger (penggabungan) secara paksa oleh pemerintah pusat, walau tuntutan akuisisi PT Semen Padang menjadi perusahaan yang mandiri lepas dari PT Semen Gresik telah dikabulkan Pengadilan Negeri Padang, namun penyelesaian persoalan tersebut masih belum jelas sampai sekarang. Apalagi ditengarai terjadi kemerosotan kinerja perusahaan sejak penggabungan tersebut. Hal ini karena pemerintah pusat masih menganggap restrukturisasi beberapa BUMN melalui pembentukan holding terhadap beberapa BUMN yang memiliki keterkaitan atau kesamaan usaha merupakan penyelesaian terbaik untuk membangun keunggulan daya saing BUMN tersebut agar lebih menjamin perolehan laba di atas rata-rata perusahaan pesaing lainnya. Pusat perdagangan di Kota Padang adalah Pasar Raya Padang yang dibangun pada zaman kolonial Belanda oleh seorang kapiten Cina bernama Lie Saay. Dalam perkembangannya, pasar tradisional ini pernah menjadi sentra perdagangan bagi masyarakat di Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Bengkulu pada era 1980-an. Selain itu, aktivitas perniagaan di Padang juga didukung oleh 16 pasar satelit yang tersebar di seluruh pelosok kota, sembilan di antaranya dimiliki oleh Pemerintah Kota Padang yaitu Pasar Alai, Pasar Bandar Buat, Pasar Belimbing, Pasar Bungus, Pasar Lubuk Buaya, Pasar Simpang Haru, Pasar Siteba, Pasar Tanah Kongsi, dan Pasar Ulak Karang.
Tidak seperti kebanyakan kota besar di Indonesia, pertumbuhan pusat perbelanjaan modern di Kota Padang terbilang cukup lamban. Pada tahun 1990-an terdapat setidaknya lima permohonan izin pendirian mal di Kota Padang yang ditolak oleh Zuiyen Rais, walikota Padang saat itu, karena mengambil lokasi di pusat kota. Pusat perbelanjaan modern yang beroperasi saat ini di Kota Padang di antaranya yaitu Plaza Andalas, Basko Grand Mall, Rocky Plaza, dan SPR Plaza.
Perekonomian Kota Padang juga ditopang oleh sektor pariwisata dan industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition atau Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran). Hal ini didukung oleh keberadaan sederet hotel dan gedung pertemuan di kota ini. Hingga saat ini Kota Padang telah memiliki puluhan hotel berbintang, termasuk di antaranya satu hotel bintang 5 dan delapan hotel bintang 4. Minangkabau International Convention Center (MICC) yang saat ini dalam tahap konstruksi akan menjadi gedung pertemuan terbesar di Kota Padang.
c.       Karakteristik Pendidikan
Kota Padang sejak dari zaman kolonial Belanda telah menjadi pusat pendidikan di Sumatera Barat. Tercatat pada tahun 1864, jumlah pelajar yang terdaftar di sekolah yang ada di kota ini sebanyak 237 orang. Untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi siswa dan orang tua murid, pemerintah kota bekerja sama dengan UNP dan Telkom sejak 1 Juli 2010 kembali menyelenggarakan Penerimaan Siswa Baru (PSB) Online untuk sekolah negeri jenjang SMP dan SMA, dengan perbaikan pola dan sistem dibandingkan tahun sebelumnya. Sistem yang telah diterapkan sejak tahun 2006 ini,akan memotivasi sekaligus memudahkan seluruh siswa yang akan melanjutkan pendidikannya di masing-masing tingkatan pendidikan. Mereka dapat memilih sekolah favoritnya berdasarkan rangking nilai yang mereka dapat dan diketahui secara langsung dan transparan.
Kota Padang memiliki puluhan perguruan tinggi, enam di antaranya merupakan perguruan tinggi milik pemerintah. Universitas Andalas (Unand) yang belokasi di Limau Manis diresmikan oleh Wakil Presiden pertama Mohammad Hatta pada tahun 1955 sebagai universitas tertua di luar Jawa. Pada tahun 2014, Unand menjadi satu-satunya kampus di Sumatera yang mendapatkan peringkat A untuk akreditasi perguruan tinggi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Perguruan tinggi negeri lainnya yang ada di Kota Padang yakni Universitas Negeri Padang di Air Tawar, Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol di Lubuk Lintah, Politeknik Negeri Padang di Limau Manis, Politeknik Kesehatan Padang di Siteba, dan Akademi Teknologi Industri Padang di Tabing. Beberapa perguruan tinggi swasta juga berada di kota ini, seperti Universitas Bung Hatta, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Universitas Ekasakti, Universitas Tamansiswa, Universitas Putra Indonesia, Universitas Baiturrahmah, dan Institut Teknologi Padang.
Perpustakaan Daerah Sumatera Barat terletak di Kota Padang termasuk salah satu perpustakaan terbaik di Indonesia, dengan jumlah koleksi yang mencapai 30.000 judul, termasuk fasilitas dan pengelolaan yang maksimum, serta jumlah pengunjung pustaka yang tinggi. Setelah gempa bumi kegiatan Perpustakaan Daerah Sumatera Barat sejak 1 Februari 2010 untuk sementara dipindahkan ke Tabing, menunggu pembangunan gedung baru yang sebelumnya mengalami kerusakan parah.dan sekarang telah kembali ke lokasi semula yang berada di Jln.Diponegoro, No.4.

2.4 Faktor Pembentuk Kota Padang
            Terbentuknya sebuah kota dapat dikemukakan sebagai berikut ini

2.4.1        Faktor Topografi

Faktor lingkungan (environment factor) merupakan salahsatu faktor distribusi penduduk karena berkaitan erat dengan aktivitas keseharian penduduk. Topografi yang datar akan memudahkan penduduk dalam beraktivitas, sebaliknya kondisi topografi yang berbukit-bukit akan mempersulit gerak penduduk karena membutuhkkan tenaga.
            Kota padang memiliki topografi beragam, daerah dengan topografi datar yang terdapat pada sebagian besar Utara Kota Padang yang pembangunan perumahan. Hasil interpretasi citra menunjukkan bahwa perubahan bentuk penggunaan lahan yang menajdi pemukiman paling besar terdapat di daerah bagian Utara dengan kelas lereng datar 0-2%. Perubahan penggunaan lahan yang sama juga terlihat dibagian Timur Kota Padang dengan kondisi topografi agak sedikit bergelombang berkkisar antara 2-20% kemiringannya. Artinya kondisi ini menunjukkan bahwa kecenderungan (trend) perkembangan kota padang tahun 1998 – 2008 mengarah ke daerah dengan kondisi topografi yang relatif datar.
            Kondisi topografi juga menentukan apakah suatu daerah beresiko banjir jika diperuntukan sebagai tempat pemukiman peduduk, kecuali jika melibatkan teknologi untuk mengatasi hambatan tersebut. Salah satu upaya pemerintah Kota Padang untuk mengatasi banjir adalah dengan meningkatkan kondisi drainase kota. Lebih ditekankan kepada upaya pengendalian banjir yang rutin setiap tahun (DPU Sumbar, 2000).

2.4.2        Faktor kekuasaan

Pada abad ke 15 – 16 kerajaan Aceh dibawah pemerintahan iskandar muda meluaskan wilayah kekuasaan dan perdagangannya samai ke pesisir pantai barat minagkabau seperti Tiku, pariaman, dan indrapura. Sementara pada akhir abad ke 16 mulai beroprasi perusahaan dagang belanda yang dikenal dengan VOC (Verenigde Ost Indiscehe Company). VOC menerapkan politik devide at impera (pecah belah) dalam perluasan perdagangan dan kekuasannya sehingga Padang dijadikan kota pelabuhan.
Berdasarkan observasi dan dokumen rencana tata ruang Kota Padang tahun 2003, beberapa kebijakan pemerintah yang terlihat dalam upaya mengarahkan perkembangan kota seperti perbaikan kualitas jalan dengan melakukan pelebaran dan pengaspalan jalan diwilayah bagian Utara dan Timur kota. Dengan demikian dapat dikatakan perkembangan kota dilihat dari perembetan kenampkan fisik Kota Padang di pengaruhi oleh kebijakan pemerintah terutama dalam pembangunan infra struktur dan sesuai dengan rencana tata ruang yang ada, sehingga pemanfaatan setiap daerah kota dapat lebih optimal dan pegembanggan dapat dilaksanakan sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah.
Faktor kekuasaan juga berpengaruh terhadap kegiatan pengembang yang tidak lain merupakan salah satu pihak yang turut berpengaruh terhadap perkembangan yang terjadi dikota padang. Hal ini terlihat dari pembangunan kompleks perumahan baik perumahan untuk pegawai negeri, perumahan untuk masyarakat umum bahkan berupa realestate yang tesebar dibeberap lokasi dimana terjadi perkembangan fisik kota. Lokasi pembangunannya berada di beberapa kecamatan diantarannya: kecamatan Pau, Kecamatan Puranji, Kecamatan Nanggalo.
Aktivitas developers yang terlihat di Kota Padang melalui pembangunan kompleks perumahan berada di bagian utara dan timur Kota Padang dengan adanya pembangunan kompleks perumahan ini secara tidak langsung akan menarik penduduk untuk menempati kawasan tersebut sehingga mengurangi kepadatan pusat kota. Pembangunan kompleks perumahan dibeberapa lokasi yang mengarah keluar pusat kota oleh developers juga merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan dan mensukseskan Kota Padang dengan adanya permukiman akan membuat pusat-pusat kegiatan baru lainnya. Hingga saat ini usaha pengembangan kota arah keluar kota melalui pengembangan kompleks kota telah memperlihatkan hasil.

2.4.3 Faktor Pola Jaringan Jalan

Sebagai salah satu elemen pembentuk kota, jaringan jalan mempunyai jaringan yang sangat erat dengan penggunaan lahan, hubungan tersebut dicerminkan dari adanya perkembangan fisik kota dan jaringan jalan bukan hanya sebagai tempat menjalarannya perkembangan kota tetapi juga berpengaruh pada rencana dan fungsi elemen-elemen struktur kota. Perkembangan jaringan jalan di Kota Padang tidak begitu besar pada tahun 1998-2008. Namun perbaikan jalan terus dilakukan terutama untuk bagian timur dan utara kota seperti dijalur Alai Timur, Ampang hingga By pass karena kerapatan jalan lebih tinggi di wilayah timur kota.
Perkembangan Kota Padang cenderung mengikuti jalur-jalur yang telah ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa distribusi permukiman cenderung ke tempat-tempat yang memiliki akses yang baik. Dengan simpulan lain bahwa aksebilitas sangat berpengaruh terhadap perkembangan yang terjadi di Kota Padang.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1.      Sejarah Kota Padang terbagi dalam tiga masa, yaitu masa awal (sebelum abad ke-17), masa kolonial (abad 17-abad 19) dan masa awal kemerdekaan (abad 19-sekarang).
2.      Perluasan Kota Padang berbentuk memanjang ke arah Utara. Pada masa awal, Kota Padang berkembang mengikuti aliran sungai Batang Arau. Pada abad ke-20, perubahan spasial lebih banyak didorong oleh intervensi perencanaan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mengisi pola dan struktur kota serta mengatur fungsi utama kota yang sudah ada. Sedangkan pada masa setelah kemerdekaan, perkembangan kota cenderung meneruskan bentuk kota yang terfragmentasi, dualistik wajah kota dan didominasi oleh konsep-konsep perencanaan kota yang seragam dan sentralistik. Sehingga ekspresi keruangan morfologi Kota Padang sekarang ini masih banyak dipengaruhi perkembangan masa lalunya.
3.      Karakteristik ruang perkotaan Kota Padang adalah letaknya yang menghadap Samudra Hindia dan dikelilingi oleh jajaran pegunungan bukit barisan. Kota Padang terkenal dengan rumah Gadang (rumah adat) sebagai identitas dan kebangaan.
4.      Mengetahui aspek atau faktor yang mempengaruhi bentuk Kota Padang.

3.2 SARAN

1.      Hendaknya pemerintah tetap mempertahankan bangunan yang menjadi sejarah Kota Padang, sehingga para anak cucu bisa menikmati apa yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu mereka, dan supaya mereka bisa mengambil nilai-nilai yang luhur.
2.      Dengan banyaknya karakteristik masyarakat Kota Padang hendaknya tetap menjaga rasa persatuan dan solidaritas sebagai langkah untuk mewujudkan agar masyarakat Kota Padang tetap damai dan tenggang rasa dalam keberagaman.
           




DAFTAR PUSTAKA

Colombijn, Freek. 2005. Kota lama kota baru: sejarah kota-kota di Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Colombijn, Freek. 2006. Paco-paco (kota) Padang: Sejarah sebuah kota pada abad ke 20 dan penggunaan ruang kota. Yogjakarta: Ombak.






http://id.wikipedia.org/wiki/sejarah_kota_padang (diakses pada tanggal 08-09-2016)