Sabtu, 04 Maret 2017

Makalah Morfologi Kota Padang Sumatra Barat (Sosiologi Perkotaan)

MORFOLOGI KOTA PADANG
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Perkotaan
Description: Description: Description: D:\Elvain's Data\20150802082300.jpg
                                                      Disusun Oleh :
1.      M. Fuji Suprapto                           150521100065
2.      Mar’atus Sholikhah                       150521100069
3.      Muhammad Reza                          150521100047
4.      Fathul Adhan                                150521100068
5.      Arlisah                                           150521100070
6.      M. Wasil Hefdi                             150521100072


PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2016



KATA PENGANTAR

            Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadiratn-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami tentang “MORFOLOGI KOTA PADANG” guna memenuhi tugas mata kuliah sosiologi perkotaan. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkonstribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
            Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk  kedepannya semoga kami bisa memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik.
            Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

            Bangkalan,  08 September 2016



    penyusun




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................... 1
            1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................... 1
            1.2 RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 2
            1.3 TUJUAN PENULISAN ......................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
            2.1 SEJARAH KOTA PADANG ................................................................ 3
            2.2 PERKAMBANGAN MORFOLOGI KOTA PADANG ...................... 5
            2.3 KARAKTERISTIK KOTA PADANG ................................................. 5
            2.4 FAKTOR PEMBENTUK KOTA PADANG ........................................ 10
 BAB III : PENUTUP ............................................................................................. 13
             3.1 KESIMPULAN ..................................................................................... 13
             3.2 SARAN ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA  ........................................................................................... 14


  
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Morfologi terdiri dari dua suku kata yaitu morf yang berarti bentuk dan logos yang berarti ilmu secara sederhana morfologi kota adalah ilmu yang mempelajari produk bentuk-bentuk fisik kota secara logis. Morfologi merupakan pendekatan dalam memahami bentuk logis sebuah kota sebagai produk perubahan sosio-spatial. Disebabkan karena setiap karakteristik sosial-spatial disetiap tempat berbeda-beda maka istilah morfologi sangat erat kaitannya dengan istilah tipologi. Bentuk morfologi pada suatu kawasan tercermin pada pola tata ruang bentuk arsitektur bangunan dan elemen-elemen fisik kota lainnya pada seleruhan konteks perkembangan kota. Setelah itu terjadilah aktivitas sosial, ekonomi, budaya, politik dalam masyarakat sehingga, membawa implikasi perubahan pada karakter dan bentuk morfologi kawasan kota. Waktu juga mempengaruhi perkembangan khusus pada aspek yang berhubungan langsung dengan penggunan lahan perkotaan maupun lahan pedesaan.
Kota padang atau sering disebut tanah minang merupakan salah satu kota yang mempunyai ciri khas mengedepankan matrilinial. Kota ini merupakan pintu gerbang barat Indonesia dari Samudra Hindia. Padang memiliki wilayah seluas 694,96 km² dengan kondisi geografi berbatasan dengan laut dan dikelilingi perbukitan dengan ketinggian mencapai 1.853 mdpl. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Padang tahun 2014, kota ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.000.096 jiwa.
      Untuk memenuhi tugas matakuliah sosiologi perkotaan dengan judul morfologi kota padang. Kami berharap dapat mengalih lebih dalam tentang apa itu morfologi lebih khususnya morfologi kota padang.






1.2 Rumusan Masalah

1.      Bagaimana sejarah kota Padang ?
2.      Bagaimana perkembangan morfologi kota Padang ?
3.      Bagaimana karakteristik kota Padang ?
4.      Bagaimana  aspek atau faktor yang mempengaruhi bentuk kota Padang ?

1.3 Tujuan

1.      Mengetahui sejarah kota Padang
2.      Mengetahui perkembangan morfologi kota Padang
3.      Mengetahui karakteristik kota Padang
4.      Mengetahui aspek atau faktor yang mempengaruhi bentuk kota Padang




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kota Padang
2.1.1 Masa Awal (sebelum abad 17)

            Kota padang merupakan kota yang memiliki tanah lapang yang sangat besar sehingga, dinamakan Padang. Pada abad ke-14 (1340-1375) Padang merupakan bagian dari kerajaan pagaruyung yang dipimpin oleh Aditya Warman terdapat di Minangkabau. Pada masa itu wilayah Padang hanya dikenal sebagai kampung nelayan. Yakni kampung Batung dan diperintah oleh penghulu 8 suku dengan sistem pemerintahan nagari.
Sekitar abad ke-15 dan 16 kerajaan Aceh dibawah pemerintahan Iskandar Muda meluaskan wilayah kekuasaan dan perdagangannya sampai ke pesisir wilayah pantai barat. Minangkabau seperti Tiku, Pariyaman, dan Indrapura. Hingga pada akhir abad ke-17 kerajaan ini masuk ke dalam daerah kekuasaan kesultanan Aceh.

2.1.2 Masa Kolonial (abad 17 sampai 19)
           
            Bangsa asing yang mengunjungi Padang pertama kali adalah Inggris di tahun 1964. Namun Padang mulai berkembang dibawah kekusaan Belanda dengan VOC sebagai alat. Runtuhnya kerajaaan pagaruyung ditandai dengan penandatanganan perjanjian antara kaum adat dengan pihak Belanda sebagai dampak dari perang Padri.
            VOC merupakan politik devide at impera (pecah belah) dalam perluasan perdagangan dan kekuasaan akibatnya timbul ketegangan masyarakat di kota-kota pesisir pantai Sumatra. Kerajaan Aceh dipropaganda oleh VOC seolah akan menguasai Padang. VOC berdalih membantu masyarakat menghadapi Aceh
            VOC menyadari dan melihat Padang sangat strategis dan dijadikan pusat perdagangan dan pemerintahan. Pulau Cingpua dan Batang Arau lebih baik dijadikan sebagai daerah pelabuhan. Melalui penghulu terkemuka Padang yang bernama orang kayo kaclak, VOC dapat izin mendirikan loji pertama pada tahun 1667 di kota Padang.
            Inilah titik awal Padang tumbuh sebagai kota tidak cuma sebagai pelabuhan tetapi sebagai pusat perdagangan. Gudang-gudang besar mulai dibangun untuk tempat pengumpulan barang. Pelabuhan muara begitu sibuk melayani arus perdagangan sehingga wilayah ini tumbuh menjadi pusat pemukiman.
            Belanda tidak saja meluaskan perdagangannya melalui VOC, tetapi mulai dapat memerintah masyarakat. Dari Muara padang ini pusat pemerintahan dan perdagangan Belanda digerakkan ke seluruh pelosok Sumatra bagian tengah.
            Kondisi ini menimbulkan ketidakpuasan dikalangan rakyat. Rakyat merasakan bahwa Belanda tidak lagi berdagang, tetapi sudah menjajah. Rakyat mulai melakukan perlawanan. Puncaknya terjadi pada tanggal 7 Agustus tahun 1669 di mana masyarakat Pauh dan Koto Tengah berhasil menguasai bangunan Belanda di Muara serta banyaknya orang Belanda yang dibunuh. Peristiwa ini kemudian diabadikan sebagai tahun kelahiran Kota Padang, setiap tahunnya diperingati sebagai hari jadi Kota Padang.

2.1.3 Awal Kemerdekaan (abad ke-19 sampai sekarang)

            Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Mr. Abubakar Jaar diangkat sebagai walikota pertama kota Padang dalam negara kesatuan Republik Indonesia.
            SK Gubernur Sumatra Tengah No. 65/GP50 tanggal 19 Agustus 1950 menetapkan pemerintah kota Padang sebagai daerah otonom. Sementara menunggu penetapannya sesuai dengan undang-undang tahun 1948. Saat itu kota Padang diperluas, kewedanan Padang dihapus dan urusannya pindah ke walikota Padang. SK Gubernur Sumatra Barat No. 1/G/PD/1958, tanggal 29 Mei 1958 secara de facto menetapkan kota Padang sebagai ibu kota provinsi sumatra Barat secara de jure Padang menjadi ibukota sumatra barat yang ditandai dengan keluarnya UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah dengan kota madya Padang dijadikan daerah otonom dan wilayah administratif yang dikepalai oleh seorang walikota. Pada awalnya luas Kota Padang adalah 33 km², yang terdiri dari 3 kecamatan dan 13 kampung, yaitu kecamatan Padang Barat, Padang Selatan, Padang Timur.
            Dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 1979 dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tanggal 21 Maret 1980 wilayah kota Padang menjadi 694,96 km², yang terdiri dari 11 kecamatan dan 193 kelurahan. Dengan dicanangkannya pelaksanaan otonomi daerah sejak tanggal 1 Januari 2001, maka wilayah administratif kota Padang dibagi dalam 11 kecamatan dan 103 kelurahan. Dengan keluarnya peraturan Daerah kota Padang Nomor16 tahun 2004 tentang pembentukan organisasi kelurahan maka jumlah kelurahan di kota Padang.


2.2 Perkembangan Morfologi  Kota Padang

            Pada masa awal, kota Padang berkembang mengikuti aliran Sungai Batang Arau yang memisahkan antara kawasan permukiman dengan hutan. Sementara perkembangan fisik kota dapat diindikasikan secara kasat mata melalui penggunaan lahan. Pertambahan populasi terus menerus mengakibatkan peningkatan alokasi lahan sebagai kawasan permukiman dan perluasan wilayah perkotaan. Perluasan kota Padang bukan berbentuk lingkaran konsentrik melainkan dalam bentuk memanjang kearah utara.
            Pusat kota juga berpindah dari batang arau ke sebelah utaranya, hal ini terjadi karena beberapa perusahaan jasa dan pemerintah lebih suka berada di tengah-tengah konsumen mereka. Saat perpindahan terjadi beberapa kegiatan yang berada di pusat kota lama suka ikut berindah ke utara, hal tersebut terjadi karena aktivitas pendukug fasilitas juga berpindah ke arah utara. Hal ini dikarenakan sebelah barat dan selatan kota Padang dibatasi oleh gunung Padang dan Samudra Hindia. Oleh sebab itu, perluasan ke arah utara dan mendekati timur adalah perluasan yang memungkinkan.
            Pada masa kolonial berpedoman benteng VOC sebagai pusat kota dikala itu sehingga sampai saat masih dapat dijumpai benteng VOC sebagai titik nol. Perubahan spasial kota Padang sebelum abad ke 20 merupakan kombinasi dialektik antara penetrasi kolonial dan resistensi pribumi. Ekspresi keruangan morfolologi kota didominasi oleh sistem kota pertahanan, kanal-kanal, pemukiman multi etnik dan pola sirkulasi organik. Pada abad ke 20 perubahan lebih banyak didorong oleh intervensi perencanaan pemerintah Hindia Belanda untuk mengisi pola dan struktur kota serta mengatur fungsi utama kota yang telah ada. Sehinggga ekspresi keruangan morfologi Kota Padang sekarang ini masih banyak dipengaruhi perkembangan masalahnya.

2.3 Karakteristik kota padang

            Kota Padang adalah ibu kota dari provinsi Sumatra Barat yang memiliki luas 694,96 km2 dimana lebih dari 60% dari luar keseluruhan yaitu ± 434,63 km2 merupakan daerah perbukitan yanng ditutupi hutan lindung dengan ketinggian mencapai 1.853 mdpl sedangkan selebihnya merupkan daeerah efektif perkotaan. Kota Padang dihuni oleh 871.534 jiwa yang didominasi oleh Etnis Minangkabau dan mayoritas masyarakatnya beragama islam (DAK,2012) 
            Karakteristik ruang perkotaan kota padang adalah letaknya yang menghadap Samudra Hindia dan dikelilingi oleh jajaran pegunungan bukit barisan sedangkan untuk perkembangan kawasan urban di Padang bergerak ke arah Utara dan Timur dari kawasan kota tua di muara sungai Batang Arau. Sejak tahun 1995, pemerintahannya telah mulai mengembangkan konsep bidang kota dan ruang terbuka hijau yang berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang nyaman dan indah, sekaligus sebagai salah satu sarana rekreasi terutama bagi warga kotanya.
            Kota Padang juga merupakan pusat perekonomian denngan jumlah pendapatan perkapita tertinggi di Sumatra Barat. Kota Padang memiliki sebuah kota lama yang berada tak jauh dari Benteng dan gudang-gudang kompeni belanda dan pemukiman saudagar India dan Cina.
            Sedangkan pada jalan Batang Arau, yang dulunya merupakan jalan Promenade dan jalan pelabuhan sebelum terbukanya pelabuhan Teluk Bayur (1892) jalan ini merupakan tempat penyandar kapal layar kecil yang akan mengantarkan muatan ke kapal Samudra yang berlabuh di belakang pulau Pisang Gadang. Dan sampai sekarang kebanyakan gedung-gedung ini masih digunakan sebagai gudang.
            Gedung zaman Belanda lainnya dapat ditemui disepannjang jalan Batang Arau ke arah muara. Mayoritas gedung-gedung tersebut dulunnya merupakan kantor dan gudang perusahaan Eropa, gedung pemerintah kolonial, gedung bank dan perkantoran lain.
              Pada tahun 1833 suatu pasukan klingaleezen dan sipahis datang ke Padang untuk mengerjakan suatu kebun. Berlawanan dengan orang-orang Cina, imigran-imigran dari India ini telah beradaptasi baik dengan adat istiadat tetangga mereka yaitu orang melayu dan Minangkabau. Dapat dilihat dari hampir semua upacara pernikahan yang dilakukan orang India pada masa kini mengikuti pola adat Minangkabau yang bersifat matrilinial, sedangkan dalam organisasi sosial masiih banyak tatanan bilateral yang dibawa dari India untuk dipertahankan.
            Kota Padang terkenal dengan rumah Gadang (rumah adat) sebagai identitas dan kebanggaan namun sekarang banyak rumah Gadang yang dibiarkan lapuh dan tak terurus. Saat ini rumah Gadang yang masih terawat dan berdiri megahpun jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Kontras dengan sejarahnya rumah Gadang berdiri megah hampir disetiap sudut perkampungan.
a.      Karakteristik Agama
Mayoritas penduduk Kota Padang memeluk agama Islam. Kebanyakan pemeluknya adalah orang Minangkabau. Agama lain yang dianut di kota ini adalah Kristen, Buddha, dan Khonghucu, yang kebanyakan dianut oleh penduduk bukan dari suku Minangkabau. Beragam tempat peribadatan juga dijumpai di kota ini. Selain didominasi oleh masjid, gereja dan klenteng juga terdapat di Kota Padang. Masjid Raya Ganting merupakan masjid tertua di kota ini, yang dibangun sekitar tahun 1700. Sebelumnya masjid ini berada di kaki Gunung Padang sebelum dipindahkan ke lokasi sekarang. Beberapa tokoh nasional pernah salat di masjid ini di antaranya Soekarno, Hatta, Hamengkubuwana IX dan A.H. Nasution. Bahkan Soekarno sempat memberikan pidato di masjid ini. Masjid ini juga pernah menjadi tempat embarkasi haji melalui pelabuhan Emmahaven (sekarang Teluk Bayur) waktu itu, sebelum dipindahkan ke Asrama Haji Tabing sekarang ini.Gereja Katholik dengan arsitektur Belanda telah berdiri sejak tahun 1933 di kota ini, walaupun French Jesuits telah mulai melayani umatnya sejak dari tahun 1834, seiring bertambahnya populasi orang Eropa waktu itu.Dalam rangka mendorong kegairahan penghayatan kehidupan beragama terutama bagi para penganut agama Islam pada tahun 1983 untuk pertama kalinya di kota ini diselenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional yang ke-13.
b.      Karakteristik Perekonomian
 Kota Padang sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-19 telah mengalami pertumbuhan ekonomi cepat yang didorong oleh tingginya permintaan kopi dari Amerika. Akibatnya pada tahun 1864 telah berdiri salah satu cabang Javaansche Bank yakni bank yang bertanggung jawab terhadap mata uang di Hindia Belanda serta telah mengikuti standar selaras dengan yang ada di negara Belanda. Seiring itu pada 1879 juga telah muncul bank simpan pinjam. Hal ini mencerminkan tingginya tingkat peredaran uang di kota ini.
Kota ini menempatkan sektor industri, perdagangan dan jasa menjadi andalan dibandingkan dengan sektor pertanian dalam mendorong perekonomian masyarakatnya. Hal ini terjadi karena transformasi ekonomi kota cenderung mengubah lahan pertanian menjadi kawasan industri. Walaupun di sisi lain industri pengolahan di kota ini telah memberikan kesempatan lapangan pekerjaan yang cukup berarti.
Di kota ini terdapat sebuah pabrik semen yang bernama PT Semen Padang dan telah beroperasi sejak didirikan pada tahun 1910. Pabrik semen ini berlokasi di Indarung dan merupakan pabrik semen yang pertama di Indonesia dengan kapasitas produksi 5.240.000 ton per tahun. Hampir 63% dari produksiny (baik dalam bentuk kemasan zak maupun curah) didistribusikan melalui laut dengan memanfaatkan pelabuhan Teluk Bayur. Selepas reformasi politik dan ekonomi, masyarakat Minang umumnya menuntut pemerintah pusat untuk melaksanakan spin off (pemisahan) PT Semen Padang dari induknya PT Semen Gresik, yang mana sejak tahun 1995 telah di merger (penggabungan) secara paksa oleh pemerintah pusat, walau tuntutan akuisisi PT Semen Padang menjadi perusahaan yang mandiri lepas dari PT Semen Gresik telah dikabulkan Pengadilan Negeri Padang, namun penyelesaian persoalan tersebut masih belum jelas sampai sekarang. Apalagi ditengarai terjadi kemerosotan kinerja perusahaan sejak penggabungan tersebut. Hal ini karena pemerintah pusat masih menganggap restrukturisasi beberapa BUMN melalui pembentukan holding terhadap beberapa BUMN yang memiliki keterkaitan atau kesamaan usaha merupakan penyelesaian terbaik untuk membangun keunggulan daya saing BUMN tersebut agar lebih menjamin perolehan laba di atas rata-rata perusahaan pesaing lainnya. Pusat perdagangan di Kota Padang adalah Pasar Raya Padang yang dibangun pada zaman kolonial Belanda oleh seorang kapiten Cina bernama Lie Saay. Dalam perkembangannya, pasar tradisional ini pernah menjadi sentra perdagangan bagi masyarakat di Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Bengkulu pada era 1980-an. Selain itu, aktivitas perniagaan di Padang juga didukung oleh 16 pasar satelit yang tersebar di seluruh pelosok kota, sembilan di antaranya dimiliki oleh Pemerintah Kota Padang yaitu Pasar Alai, Pasar Bandar Buat, Pasar Belimbing, Pasar Bungus, Pasar Lubuk Buaya, Pasar Simpang Haru, Pasar Siteba, Pasar Tanah Kongsi, dan Pasar Ulak Karang.
Tidak seperti kebanyakan kota besar di Indonesia, pertumbuhan pusat perbelanjaan modern di Kota Padang terbilang cukup lamban. Pada tahun 1990-an terdapat setidaknya lima permohonan izin pendirian mal di Kota Padang yang ditolak oleh Zuiyen Rais, walikota Padang saat itu, karena mengambil lokasi di pusat kota. Pusat perbelanjaan modern yang beroperasi saat ini di Kota Padang di antaranya yaitu Plaza Andalas, Basko Grand Mall, Rocky Plaza, dan SPR Plaza.
Perekonomian Kota Padang juga ditopang oleh sektor pariwisata dan industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition atau Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran). Hal ini didukung oleh keberadaan sederet hotel dan gedung pertemuan di kota ini. Hingga saat ini Kota Padang telah memiliki puluhan hotel berbintang, termasuk di antaranya satu hotel bintang 5 dan delapan hotel bintang 4. Minangkabau International Convention Center (MICC) yang saat ini dalam tahap konstruksi akan menjadi gedung pertemuan terbesar di Kota Padang.
c.       Karakteristik Pendidikan
Kota Padang sejak dari zaman kolonial Belanda telah menjadi pusat pendidikan di Sumatera Barat. Tercatat pada tahun 1864, jumlah pelajar yang terdaftar di sekolah yang ada di kota ini sebanyak 237 orang. Untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi siswa dan orang tua murid, pemerintah kota bekerja sama dengan UNP dan Telkom sejak 1 Juli 2010 kembali menyelenggarakan Penerimaan Siswa Baru (PSB) Online untuk sekolah negeri jenjang SMP dan SMA, dengan perbaikan pola dan sistem dibandingkan tahun sebelumnya. Sistem yang telah diterapkan sejak tahun 2006 ini,akan memotivasi sekaligus memudahkan seluruh siswa yang akan melanjutkan pendidikannya di masing-masing tingkatan pendidikan. Mereka dapat memilih sekolah favoritnya berdasarkan rangking nilai yang mereka dapat dan diketahui secara langsung dan transparan.
Kota Padang memiliki puluhan perguruan tinggi, enam di antaranya merupakan perguruan tinggi milik pemerintah. Universitas Andalas (Unand) yang belokasi di Limau Manis diresmikan oleh Wakil Presiden pertama Mohammad Hatta pada tahun 1955 sebagai universitas tertua di luar Jawa. Pada tahun 2014, Unand menjadi satu-satunya kampus di Sumatera yang mendapatkan peringkat A untuk akreditasi perguruan tinggi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Perguruan tinggi negeri lainnya yang ada di Kota Padang yakni Universitas Negeri Padang di Air Tawar, Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol di Lubuk Lintah, Politeknik Negeri Padang di Limau Manis, Politeknik Kesehatan Padang di Siteba, dan Akademi Teknologi Industri Padang di Tabing. Beberapa perguruan tinggi swasta juga berada di kota ini, seperti Universitas Bung Hatta, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Universitas Ekasakti, Universitas Tamansiswa, Universitas Putra Indonesia, Universitas Baiturrahmah, dan Institut Teknologi Padang.
Perpustakaan Daerah Sumatera Barat terletak di Kota Padang termasuk salah satu perpustakaan terbaik di Indonesia, dengan jumlah koleksi yang mencapai 30.000 judul, termasuk fasilitas dan pengelolaan yang maksimum, serta jumlah pengunjung pustaka yang tinggi. Setelah gempa bumi kegiatan Perpustakaan Daerah Sumatera Barat sejak 1 Februari 2010 untuk sementara dipindahkan ke Tabing, menunggu pembangunan gedung baru yang sebelumnya mengalami kerusakan parah.dan sekarang telah kembali ke lokasi semula yang berada di Jln.Diponegoro, No.4.

2.4 Faktor Pembentuk Kota Padang
            Terbentuknya sebuah kota dapat dikemukakan sebagai berikut ini

2.4.1        Faktor Topografi

Faktor lingkungan (environment factor) merupakan salahsatu faktor distribusi penduduk karena berkaitan erat dengan aktivitas keseharian penduduk. Topografi yang datar akan memudahkan penduduk dalam beraktivitas, sebaliknya kondisi topografi yang berbukit-bukit akan mempersulit gerak penduduk karena membutuhkkan tenaga.
            Kota padang memiliki topografi beragam, daerah dengan topografi datar yang terdapat pada sebagian besar Utara Kota Padang yang pembangunan perumahan. Hasil interpretasi citra menunjukkan bahwa perubahan bentuk penggunaan lahan yang menajdi pemukiman paling besar terdapat di daerah bagian Utara dengan kelas lereng datar 0-2%. Perubahan penggunaan lahan yang sama juga terlihat dibagian Timur Kota Padang dengan kondisi topografi agak sedikit bergelombang berkkisar antara 2-20% kemiringannya. Artinya kondisi ini menunjukkan bahwa kecenderungan (trend) perkembangan kota padang tahun 1998 – 2008 mengarah ke daerah dengan kondisi topografi yang relatif datar.
            Kondisi topografi juga menentukan apakah suatu daerah beresiko banjir jika diperuntukan sebagai tempat pemukiman peduduk, kecuali jika melibatkan teknologi untuk mengatasi hambatan tersebut. Salah satu upaya pemerintah Kota Padang untuk mengatasi banjir adalah dengan meningkatkan kondisi drainase kota. Lebih ditekankan kepada upaya pengendalian banjir yang rutin setiap tahun (DPU Sumbar, 2000).

2.4.2        Faktor kekuasaan

Pada abad ke 15 – 16 kerajaan Aceh dibawah pemerintahan iskandar muda meluaskan wilayah kekuasaan dan perdagangannya samai ke pesisir pantai barat minagkabau seperti Tiku, pariaman, dan indrapura. Sementara pada akhir abad ke 16 mulai beroprasi perusahaan dagang belanda yang dikenal dengan VOC (Verenigde Ost Indiscehe Company). VOC menerapkan politik devide at impera (pecah belah) dalam perluasan perdagangan dan kekuasannya sehingga Padang dijadikan kota pelabuhan.
Berdasarkan observasi dan dokumen rencana tata ruang Kota Padang tahun 2003, beberapa kebijakan pemerintah yang terlihat dalam upaya mengarahkan perkembangan kota seperti perbaikan kualitas jalan dengan melakukan pelebaran dan pengaspalan jalan diwilayah bagian Utara dan Timur kota. Dengan demikian dapat dikatakan perkembangan kota dilihat dari perembetan kenampkan fisik Kota Padang di pengaruhi oleh kebijakan pemerintah terutama dalam pembangunan infra struktur dan sesuai dengan rencana tata ruang yang ada, sehingga pemanfaatan setiap daerah kota dapat lebih optimal dan pegembanggan dapat dilaksanakan sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah.
Faktor kekuasaan juga berpengaruh terhadap kegiatan pengembang yang tidak lain merupakan salah satu pihak yang turut berpengaruh terhadap perkembangan yang terjadi dikota padang. Hal ini terlihat dari pembangunan kompleks perumahan baik perumahan untuk pegawai negeri, perumahan untuk masyarakat umum bahkan berupa realestate yang tesebar dibeberap lokasi dimana terjadi perkembangan fisik kota. Lokasi pembangunannya berada di beberapa kecamatan diantarannya: kecamatan Pau, Kecamatan Puranji, Kecamatan Nanggalo.
Aktivitas developers yang terlihat di Kota Padang melalui pembangunan kompleks perumahan berada di bagian utara dan timur Kota Padang dengan adanya pembangunan kompleks perumahan ini secara tidak langsung akan menarik penduduk untuk menempati kawasan tersebut sehingga mengurangi kepadatan pusat kota. Pembangunan kompleks perumahan dibeberapa lokasi yang mengarah keluar pusat kota oleh developers juga merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan dan mensukseskan Kota Padang dengan adanya permukiman akan membuat pusat-pusat kegiatan baru lainnya. Hingga saat ini usaha pengembangan kota arah keluar kota melalui pengembangan kompleks kota telah memperlihatkan hasil.

2.4.3 Faktor Pola Jaringan Jalan

Sebagai salah satu elemen pembentuk kota, jaringan jalan mempunyai jaringan yang sangat erat dengan penggunaan lahan, hubungan tersebut dicerminkan dari adanya perkembangan fisik kota dan jaringan jalan bukan hanya sebagai tempat menjalarannya perkembangan kota tetapi juga berpengaruh pada rencana dan fungsi elemen-elemen struktur kota. Perkembangan jaringan jalan di Kota Padang tidak begitu besar pada tahun 1998-2008. Namun perbaikan jalan terus dilakukan terutama untuk bagian timur dan utara kota seperti dijalur Alai Timur, Ampang hingga By pass karena kerapatan jalan lebih tinggi di wilayah timur kota.
Perkembangan Kota Padang cenderung mengikuti jalur-jalur yang telah ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa distribusi permukiman cenderung ke tempat-tempat yang memiliki akses yang baik. Dengan simpulan lain bahwa aksebilitas sangat berpengaruh terhadap perkembangan yang terjadi di Kota Padang.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1.      Sejarah Kota Padang terbagi dalam tiga masa, yaitu masa awal (sebelum abad ke-17), masa kolonial (abad 17-abad 19) dan masa awal kemerdekaan (abad 19-sekarang).
2.      Perluasan Kota Padang berbentuk memanjang ke arah Utara. Pada masa awal, Kota Padang berkembang mengikuti aliran sungai Batang Arau. Pada abad ke-20, perubahan spasial lebih banyak didorong oleh intervensi perencanaan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mengisi pola dan struktur kota serta mengatur fungsi utama kota yang sudah ada. Sedangkan pada masa setelah kemerdekaan, perkembangan kota cenderung meneruskan bentuk kota yang terfragmentasi, dualistik wajah kota dan didominasi oleh konsep-konsep perencanaan kota yang seragam dan sentralistik. Sehingga ekspresi keruangan morfologi Kota Padang sekarang ini masih banyak dipengaruhi perkembangan masa lalunya.
3.      Karakteristik ruang perkotaan Kota Padang adalah letaknya yang menghadap Samudra Hindia dan dikelilingi oleh jajaran pegunungan bukit barisan. Kota Padang terkenal dengan rumah Gadang (rumah adat) sebagai identitas dan kebangaan.
4.      Mengetahui aspek atau faktor yang mempengaruhi bentuk Kota Padang.

3.2 SARAN

1.      Hendaknya pemerintah tetap mempertahankan bangunan yang menjadi sejarah Kota Padang, sehingga para anak cucu bisa menikmati apa yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu mereka, dan supaya mereka bisa mengambil nilai-nilai yang luhur.
2.      Dengan banyaknya karakteristik masyarakat Kota Padang hendaknya tetap menjaga rasa persatuan dan solidaritas sebagai langkah untuk mewujudkan agar masyarakat Kota Padang tetap damai dan tenggang rasa dalam keberagaman.
           




DAFTAR PUSTAKA

Colombijn, Freek. 2005. Kota lama kota baru: sejarah kota-kota di Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Colombijn, Freek. 2006. Paco-paco (kota) Padang: Sejarah sebuah kota pada abad ke 20 dan penggunaan ruang kota. Yogjakarta: Ombak.






http://id.wikipedia.org/wiki/sejarah_kota_padang (diakses pada tanggal 08-09-2016)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar