MORFOLOGI KOTA PADANG
Di
susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Perkotaan

Disusun Oleh :
1. M.
Fuji Suprapto 150521100065
2. Mar’atus
Sholikhah 150521100069
3. Muhammad
Reza 150521100047
4. Fathul
Adhan 150521100068
5. Arlisah
150521100070
6. M.
Wasil Hefdi 150521100072
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO
MADURA
BANGKALAN
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang
maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puji syukur atas
kehadiratn-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami tentang “MORFOLOGI KOTA
PADANG” guna memenuhi tugas mata kuliah sosiologi perkotaan. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkonstribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya semoga kami bisa memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik.
Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bangkalan, 08 September 2016
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 2
1.3 TUJUAN PENULISAN ......................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1 SEJARAH KOTA PADANG ................................................................ 3
2.2 PERKAMBANGAN MORFOLOGI KOTA
PADANG ...................... 5
2.3 KARAKTERISTIK KOTA PADANG ................................................. 5
2.4 FAKTOR PEMBENTUK KOTA PADANG ........................................ 10
BAB III :
PENUTUP ............................................................................................. 13
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................... 13
3.2 SARAN ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
........................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Morfologi
terdiri dari dua suku kata yaitu morf yang berarti bentuk dan logos yang
berarti ilmu secara sederhana morfologi kota adalah ilmu yang mempelajari
produk bentuk-bentuk fisik kota secara logis. Morfologi merupakan pendekatan
dalam memahami bentuk logis sebuah kota sebagai produk perubahan sosio-spatial. Disebabkan karena setiap
karakteristik sosial-spatial disetiap
tempat berbeda-beda maka istilah morfologi sangat erat kaitannya dengan istilah
tipologi. Bentuk morfologi pada suatu kawasan tercermin pada pola tata ruang
bentuk arsitektur bangunan dan elemen-elemen fisik kota lainnya pada seleruhan
konteks perkembangan kota. Setelah itu terjadilah aktivitas sosial, ekonomi,
budaya, politik dalam masyarakat sehingga, membawa implikasi perubahan pada
karakter dan bentuk morfologi kawasan kota. Waktu juga mempengaruhi
perkembangan khusus pada aspek yang berhubungan langsung dengan penggunan lahan
perkotaan maupun lahan pedesaan.
Kota
padang atau sering disebut tanah minang merupakan salah satu kota yang
mempunyai ciri khas mengedepankan matrilinial. Kota ini merupakan pintu gerbang
barat Indonesia dari Samudra Hindia. Padang memiliki wilayah seluas
694,96 km² dengan kondisi geografi berbatasan dengan laut dan dikelilingi
perbukitan dengan ketinggian mencapai 1.853 mdpl. Berdasarkan data dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Padang tahun 2014, kota
ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.000.096 jiwa.
Untuk memenuhi tugas matakuliah sosiologi perkotaan dengan
judul morfologi kota padang. Kami berharap dapat mengalih lebih dalam tentang
apa itu morfologi lebih khususnya morfologi kota padang.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sejarah kota Padang ?
2. Bagaimana
perkembangan morfologi kota Padang ?
3. Bagaimana
karakteristik kota Padang ?
4. Bagaimana aspek atau faktor yang mempengaruhi bentuk
kota Padang ?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
sejarah kota Padang
2. Mengetahui
perkembangan morfologi kota Padang
3. Mengetahui
karakteristik kota Padang
4. Mengetahui
aspek atau faktor yang mempengaruhi bentuk kota Padang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Kota Padang
2.1.1 Masa
Awal (sebelum abad 17)
Kota
padang merupakan kota yang memiliki tanah lapang yang sangat besar sehingga,
dinamakan Padang. Pada abad ke-14 (1340-1375) Padang merupakan bagian dari
kerajaan pagaruyung yang dipimpin oleh Aditya Warman terdapat di Minangkabau.
Pada masa itu wilayah Padang hanya dikenal sebagai kampung nelayan. Yakni
kampung Batung dan diperintah oleh penghulu 8 suku dengan sistem pemerintahan
nagari.
Sekitar
abad ke-15 dan 16 kerajaan Aceh dibawah pemerintahan Iskandar Muda meluaskan
wilayah kekuasaan dan perdagangannya sampai ke pesisir wilayah pantai barat.
Minangkabau seperti Tiku, Pariyaman, dan Indrapura. Hingga pada akhir abad
ke-17 kerajaan ini masuk ke dalam daerah kekuasaan kesultanan Aceh.
2.1.2 Masa
Kolonial (abad 17 sampai 19)
Bangsa
asing yang mengunjungi Padang pertama kali adalah Inggris di tahun 1964. Namun
Padang mulai berkembang dibawah kekusaan Belanda dengan VOC sebagai alat.
Runtuhnya kerajaaan pagaruyung ditandai dengan penandatanganan perjanjian
antara kaum adat dengan pihak Belanda sebagai dampak dari perang Padri.
VOC merupakan politik devide
at impera (pecah belah) dalam perluasan perdagangan dan kekuasaan akibatnya
timbul ketegangan masyarakat di kota-kota pesisir pantai Sumatra. Kerajaan Aceh
dipropaganda oleh VOC seolah akan menguasai Padang. VOC berdalih membantu
masyarakat menghadapi Aceh
VOC menyadari dan melihat Padang sangat strategis dan
dijadikan pusat perdagangan dan pemerintahan. Pulau Cingpua dan Batang Arau
lebih baik dijadikan sebagai daerah pelabuhan. Melalui penghulu terkemuka
Padang yang bernama orang kayo kaclak,
VOC dapat izin mendirikan loji pertama pada tahun 1667 di kota Padang.
Inilah titik awal Padang tumbuh sebagai kota tidak cuma
sebagai pelabuhan tetapi sebagai pusat perdagangan. Gudang-gudang besar mulai
dibangun untuk tempat pengumpulan barang. Pelabuhan muara begitu sibuk melayani
arus perdagangan sehingga wilayah ini tumbuh menjadi pusat pemukiman.
Belanda tidak saja meluaskan perdagangannya melalui VOC,
tetapi mulai dapat memerintah masyarakat. Dari Muara padang ini pusat
pemerintahan dan perdagangan Belanda digerakkan ke seluruh pelosok Sumatra
bagian tengah.
Kondisi ini menimbulkan ketidakpuasan dikalangan rakyat.
Rakyat merasakan bahwa Belanda tidak lagi berdagang, tetapi sudah menjajah.
Rakyat mulai melakukan perlawanan. Puncaknya terjadi pada tanggal 7 Agustus
tahun 1669 di mana masyarakat Pauh dan Koto Tengah berhasil menguasai bangunan
Belanda di Muara serta banyaknya orang Belanda yang dibunuh. Peristiwa ini
kemudian diabadikan sebagai tahun kelahiran Kota Padang, setiap tahunnya
diperingati sebagai hari jadi Kota Padang.
2.1.3 Awal
Kemerdekaan (abad ke-19 sampai sekarang)
Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia, Mr. Abubakar Jaar diangkat sebagai walikota
pertama kota Padang dalam negara kesatuan Republik Indonesia.
SK Gubernur Sumatra Tengah No. 65/GP50 tanggal 19 Agustus
1950 menetapkan pemerintah kota Padang sebagai daerah otonom. Sementara
menunggu penetapannya sesuai dengan undang-undang tahun 1948. Saat itu kota
Padang diperluas, kewedanan Padang dihapus dan urusannya pindah ke walikota
Padang. SK Gubernur Sumatra Barat No. 1/G/PD/1958, tanggal 29 Mei 1958 secara
de facto menetapkan kota Padang sebagai ibu kota provinsi sumatra Barat secara
de jure Padang menjadi ibukota sumatra barat yang ditandai dengan keluarnya UU
No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah dengan kota madya Padang
dijadikan daerah otonom dan wilayah administratif yang dikepalai oleh seorang
walikota. Pada awalnya luas Kota Padang adalah 33 km², yang terdiri dari 3
kecamatan dan 13 kampung, yaitu kecamatan Padang Barat, Padang Selatan, Padang Timur.
Dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 1979 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tanggal 21 Maret 1980 wilayah kota Padang
menjadi 694,96 km², yang terdiri dari 11 kecamatan dan 193 kelurahan. Dengan
dicanangkannya pelaksanaan otonomi daerah sejak tanggal 1 Januari 2001, maka
wilayah administratif kota Padang dibagi dalam 11 kecamatan dan 103 kelurahan.
Dengan keluarnya peraturan Daerah kota Padang Nomor16 tahun 2004 tentang
pembentukan organisasi kelurahan maka jumlah kelurahan di kota Padang.
2.2
Perkembangan Morfologi Kota Padang
Pada masa awal, kota Padang berkembang mengikuti aliran
Sungai Batang Arau yang memisahkan antara kawasan permukiman dengan hutan.
Sementara perkembangan fisik kota dapat diindikasikan secara kasat mata melalui
penggunaan lahan. Pertambahan populasi terus menerus mengakibatkan peningkatan
alokasi lahan sebagai kawasan permukiman dan perluasan wilayah perkotaan.
Perluasan kota Padang bukan berbentuk lingkaran konsentrik melainkan dalam
bentuk memanjang kearah utara.
Pusat kota juga berpindah dari batang arau ke sebelah
utaranya, hal ini terjadi karena beberapa perusahaan jasa dan pemerintah lebih
suka berada di tengah-tengah konsumen mereka. Saat perpindahan terjadi beberapa
kegiatan yang berada di pusat kota lama suka ikut berindah ke utara, hal
tersebut terjadi karena aktivitas pendukug fasilitas juga berpindah ke arah
utara. Hal ini dikarenakan sebelah barat dan selatan kota Padang dibatasi oleh
gunung Padang dan Samudra Hindia. Oleh sebab itu, perluasan ke arah utara dan
mendekati timur adalah perluasan yang memungkinkan.
Pada masa kolonial berpedoman benteng VOC sebagai pusat
kota dikala itu sehingga sampai saat masih dapat dijumpai benteng VOC sebagai
titik nol. Perubahan spasial kota Padang sebelum abad ke 20 merupakan kombinasi
dialektik antara penetrasi kolonial dan resistensi pribumi. Ekspresi keruangan
morfolologi kota didominasi oleh sistem kota pertahanan, kanal-kanal, pemukiman
multi etnik dan pola sirkulasi organik. Pada abad ke 20 perubahan lebih banyak
didorong oleh intervensi perencanaan pemerintah Hindia Belanda untuk mengisi
pola dan struktur kota serta mengatur fungsi utama kota yang telah ada.
Sehinggga ekspresi keruangan morfologi Kota Padang sekarang ini masih banyak
dipengaruhi perkembangan masalahnya.
2.3
Karakteristik kota padang
Kota
Padang adalah ibu kota dari provinsi Sumatra Barat yang memiliki luas 694,96 km2
dimana lebih dari 60% dari luar keseluruhan yaitu ± 434,63 km2
merupakan daerah perbukitan yanng ditutupi hutan lindung dengan ketinggian mencapai
1.853 mdpl sedangkan selebihnya merupkan daeerah efektif perkotaan. Kota Padang
dihuni oleh 871.534 jiwa yang didominasi oleh Etnis Minangkabau dan mayoritas
masyarakatnya beragama islam (DAK,2012)
Karakteristik ruang perkotaan kota padang adalah letaknya
yang menghadap Samudra Hindia dan dikelilingi oleh jajaran pegunungan bukit
barisan sedangkan untuk perkembangan kawasan urban di Padang bergerak ke arah
Utara dan Timur dari kawasan kota tua di muara sungai Batang Arau. Sejak tahun
1995, pemerintahannya telah mulai mengembangkan konsep bidang kota dan ruang
terbuka hijau yang berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan
yang nyaman dan indah, sekaligus sebagai salah satu sarana rekreasi terutama
bagi warga kotanya.
Kota Padang juga merupakan pusat perekonomian denngan
jumlah pendapatan perkapita tertinggi di Sumatra Barat. Kota Padang memiliki
sebuah kota lama yang berada tak jauh dari Benteng dan gudang-gudang kompeni
belanda dan pemukiman saudagar India dan Cina.
Sedangkan pada jalan Batang Arau, yang dulunya merupakan
jalan Promenade dan jalan pelabuhan sebelum terbukanya pelabuhan Teluk Bayur
(1892) jalan ini merupakan tempat penyandar kapal layar kecil yang akan
mengantarkan muatan ke kapal Samudra yang berlabuh di belakang pulau Pisang Gadang.
Dan sampai sekarang kebanyakan gedung-gedung ini masih digunakan sebagai
gudang.
Gedung zaman Belanda lainnya dapat ditemui disepannjang
jalan Batang Arau ke arah muara. Mayoritas gedung-gedung tersebut dulunnya
merupakan kantor dan gudang perusahaan Eropa, gedung pemerintah kolonial,
gedung bank dan perkantoran lain.
Pada tahun 1833
suatu pasukan klingaleezen dan sipahis datang ke Padang untuk mengerjakan suatu
kebun. Berlawanan dengan orang-orang Cina, imigran-imigran dari India ini telah
beradaptasi baik dengan adat istiadat tetangga mereka yaitu orang melayu dan Minangkabau.
Dapat dilihat dari hampir semua upacara pernikahan yang dilakukan orang India
pada masa kini mengikuti pola adat Minangkabau yang bersifat matrilinial, sedangkan
dalam organisasi sosial masiih banyak tatanan bilateral yang dibawa dari India
untuk dipertahankan.
Kota Padang terkenal dengan rumah Gadang (rumah adat)
sebagai identitas dan kebanggaan namun sekarang banyak rumah Gadang yang
dibiarkan lapuh dan tak terurus. Saat ini rumah Gadang yang masih terawat dan
berdiri megahpun jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Kontras dengan sejarahnya
rumah Gadang berdiri megah hampir disetiap sudut perkampungan.
a.
Karakteristik
Agama
Mayoritas
penduduk Kota Padang memeluk agama Islam. Kebanyakan pemeluknya adalah orang
Minangkabau. Agama lain yang dianut di kota ini adalah Kristen,
Buddha,
dan Khonghucu, yang kebanyakan dianut oleh penduduk
bukan dari suku Minangkabau. Beragam tempat peribadatan juga dijumpai di kota
ini. Selain didominasi oleh masjid, gereja dan klenteng juga terdapat di Kota Padang. Masjid Raya Ganting merupakan masjid tertua di
kota ini, yang dibangun sekitar tahun 1700. Sebelumnya masjid ini berada di
kaki Gunung Padang sebelum dipindahkan ke lokasi sekarang. Beberapa tokoh
nasional pernah salat
di masjid ini di antaranya Soekarno, Hatta,
Hamengkubuwana IX dan A.H. Nasution. Bahkan Soekarno sempat
memberikan pidato
di masjid ini. Masjid ini juga pernah menjadi tempat embarkasi haji melalui pelabuhan
Emmahaven (sekarang Teluk Bayur) waktu itu, sebelum
dipindahkan ke Asrama Haji Tabing sekarang ini.Gereja Katholik
dengan arsitektur Belanda telah berdiri sejak tahun 1933 di kota
ini, walaupun French Jesuits telah mulai melayani umatnya sejak dari tahun
1834, seiring bertambahnya populasi orang Eropa waktu itu.Dalam rangka
mendorong kegairahan penghayatan kehidupan beragama terutama bagi para penganut
agama Islam pada tahun 1983 untuk pertama kalinya di kota ini diselenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat
nasional yang ke-13.
b.
Karakteristik Perekonomian
Kota Padang sebagai
kota pelabuhan sejak abad ke-19 telah mengalami pertumbuhan ekonomi cepat yang
didorong oleh tingginya permintaan kopi dari Amerika. Akibatnya pada tahun 1864
telah berdiri salah satu cabang Javaansche Bank yakni bank yang
bertanggung jawab terhadap mata uang di Hindia Belanda serta telah mengikuti
standar selaras dengan yang ada di negara Belanda. Seiring itu pada 1879 juga
telah muncul bank simpan pinjam. Hal ini mencerminkan tingginya tingkat
peredaran uang di kota ini.
Kota ini menempatkan sektor industri,
perdagangan
dan jasa
menjadi andalan dibandingkan dengan sektor pertanian
dalam mendorong perekonomian masyarakatnya. Hal ini terjadi karena transformasi
ekonomi kota cenderung mengubah lahan pertanian menjadi kawasan industri.
Walaupun di sisi lain industri pengolahan di kota ini telah memberikan
kesempatan lapangan pekerjaan yang cukup berarti.
Di kota ini terdapat sebuah pabrik
semen yang bernama PT Semen Padang dan telah beroperasi sejak
didirikan pada tahun 1910. Pabrik semen ini berlokasi di Indarung dan merupakan pabrik semen
yang pertama di Indonesia dengan kapasitas produksi 5.240.000 ton per tahun.
Hampir 63% dari produksiny (baik dalam bentuk kemasan zak maupun curah)
didistribusikan melalui laut dengan memanfaatkan pelabuhan Teluk Bayur. Selepas reformasi
politik dan ekonomi, masyarakat Minang umumnya menuntut pemerintah pusat untuk
melaksanakan spin off (pemisahan) PT Semen Padang dari induknya PT Semen
Gresik, yang mana sejak tahun 1995 telah di merger (penggabungan) secara
paksa oleh pemerintah pusat, walau tuntutan akuisisi PT Semen Padang menjadi
perusahaan yang mandiri lepas dari PT Semen
Gresik telah dikabulkan Pengadilan Negeri Padang, namun penyelesaian
persoalan tersebut masih belum jelas sampai sekarang. Apalagi ditengarai
terjadi kemerosotan kinerja perusahaan sejak penggabungan tersebut. Hal ini
karena pemerintah pusat masih menganggap restrukturisasi beberapa BUMN melalui
pembentukan holding terhadap beberapa BUMN yang memiliki keterkaitan
atau kesamaan usaha merupakan penyelesaian terbaik untuk membangun keunggulan
daya saing BUMN tersebut agar lebih menjamin perolehan laba di atas rata-rata
perusahaan pesaing lainnya. Pusat perdagangan di Kota Padang adalah Pasar Raya
Padang yang dibangun pada zaman kolonial Belanda oleh seorang
kapiten Cina bernama Lie Saay. Dalam perkembangannya, pasar tradisional ini
pernah menjadi sentra perdagangan bagi masyarakat di Sumatera
Barat, Riau,
Jambi
dan Bengkulu
pada era 1980-an. Selain itu, aktivitas perniagaan di Padang juga didukung oleh
16 pasar satelit yang tersebar di seluruh pelosok kota, sembilan di antaranya
dimiliki oleh Pemerintah Kota Padang yaitu Pasar Alai, Pasar Bandar Buat, Pasar
Belimbing, Pasar Bungus, Pasar Lubuk Buaya, Pasar Simpang Haru, Pasar Siteba,
Pasar Tanah Kongsi, dan Pasar Ulak Karang.
Tidak seperti kebanyakan kota besar di Indonesia, pertumbuhan
pusat perbelanjaan modern di Kota Padang terbilang cukup lamban. Pada tahun
1990-an terdapat setidaknya lima permohonan izin pendirian mal di Kota Padang yang
ditolak oleh Zuiyen Rais, walikota Padang saat itu, karena
mengambil lokasi di pusat kota. Pusat perbelanjaan modern yang beroperasi saat
ini di Kota Padang di antaranya yaitu Plaza Andalas,
Basko Grand Mall, Rocky Plaza,
dan SPR Plaza.
Perekonomian Kota Padang juga ditopang oleh sektor
pariwisata dan industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition
atau Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran). Hal ini didukung oleh
keberadaan sederet hotel dan gedung pertemuan di kota ini. Hingga saat ini Kota
Padang telah memiliki puluhan hotel berbintang, termasuk di antaranya satu
hotel bintang 5 dan delapan hotel bintang 4. Minangkabau International Convention
Center (MICC) yang saat ini dalam tahap konstruksi akan menjadi gedung
pertemuan terbesar di Kota Padang.
c.
Karakteristik Pendidikan
Kota Padang sejak dari zaman kolonial Belanda telah menjadi
pusat pendidikan di Sumatera Barat. Tercatat pada tahun 1864, jumlah pelajar
yang terdaftar di sekolah yang ada di kota ini sebanyak 237 orang. Untuk
memberikan pelayanan dan kemudahan bagi siswa dan orang tua murid, pemerintah
kota bekerja sama dengan UNP dan Telkom
sejak 1 Juli
2010 kembali menyelenggarakan Penerimaan Siswa Baru (PSB) Online untuk sekolah
negeri jenjang SMP dan SMA, dengan perbaikan pola dan sistem dibandingkan tahun
sebelumnya. Sistem yang telah diterapkan sejak tahun 2006 ini,akan memotivasi
sekaligus memudahkan seluruh siswa yang akan melanjutkan pendidikannya di masing-masing
tingkatan pendidikan. Mereka dapat memilih sekolah favoritnya berdasarkan
rangking nilai yang mereka dapat dan diketahui secara langsung dan transparan.
Kota Padang memiliki puluhan perguruan
tinggi, enam di antaranya merupakan perguruan tinggi milik
pemerintah. Universitas Andalas (Unand) yang belokasi di
Limau Manis diresmikan oleh Wakil Presiden pertama Mohammad
Hatta pada tahun 1955 sebagai universitas tertua di luar Jawa. Pada tahun 2014,
Unand menjadi satu-satunya kampus di Sumatera yang mendapatkan peringkat A
untuk akreditasi perguruan tinggi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi (BAN-PT). Perguruan tinggi negeri lainnya yang ada di Kota
Padang yakni Universitas Negeri Padang di Air Tawar, Institut Agama Islam Negeri Imam
Bonjol di Lubuk Lintah, Politeknik Negeri Padang di Limau Manis, Politeknik Kesehatan Padang di Siteba, dan
Akademi Teknologi Industri Padang
di Tabing. Beberapa perguruan tinggi swasta juga berada di kota ini, seperti Universitas Bung Hatta, Universitas Muhammadiyah Sumatera
Barat, Universitas Ekasakti, Universitas Tamansiswa, Universitas Putra Indonesia, Universitas Baiturrahmah, dan Institut Teknologi Padang.
Perpustakaan Daerah Sumatera Barat terletak di Kota Padang termasuk
salah satu perpustakaan terbaik di Indonesia, dengan jumlah koleksi yang
mencapai 30.000 judul, termasuk fasilitas dan pengelolaan yang maksimum, serta
jumlah pengunjung pustaka yang tinggi. Setelah gempa bumi kegiatan Perpustakaan
Daerah Sumatera Barat sejak 1 Februari 2010 untuk sementara dipindahkan ke
Tabing, menunggu pembangunan gedung baru yang sebelumnya mengalami kerusakan
parah.dan sekarang telah kembali ke lokasi semula yang berada di
Jln.Diponegoro, No.4.
2.4
Faktor Pembentuk Kota Padang
Terbentuknya
sebuah kota dapat dikemukakan sebagai berikut ini
2.4.1
Faktor
Topografi
Faktor lingkungan (environment factor)
merupakan salahsatu faktor distribusi penduduk karena berkaitan erat dengan
aktivitas keseharian penduduk. Topografi yang datar akan memudahkan penduduk
dalam beraktivitas, sebaliknya kondisi topografi yang berbukit-bukit akan
mempersulit gerak penduduk karena membutuhkkan tenaga.
Kota padang memiliki topografi
beragam, daerah dengan topografi datar yang terdapat pada sebagian besar Utara
Kota Padang yang pembangunan perumahan. Hasil interpretasi citra menunjukkan
bahwa perubahan bentuk penggunaan lahan yang menajdi pemukiman paling besar
terdapat di daerah bagian Utara dengan kelas lereng datar 0-2%. Perubahan
penggunaan lahan yang sama juga terlihat dibagian Timur Kota Padang dengan
kondisi topografi agak sedikit bergelombang berkkisar antara 2-20%
kemiringannya. Artinya kondisi ini menunjukkan bahwa kecenderungan (trend) perkembangan
kota padang tahun 1998 – 2008 mengarah ke daerah dengan kondisi topografi yang
relatif datar.
Kondisi topografi juga menentukan
apakah suatu daerah beresiko banjir jika diperuntukan sebagai tempat pemukiman
peduduk, kecuali jika melibatkan teknologi untuk mengatasi hambatan tersebut.
Salah satu upaya pemerintah Kota Padang untuk mengatasi banjir adalah dengan
meningkatkan kondisi drainase kota. Lebih ditekankan kepada upaya pengendalian
banjir yang rutin setiap tahun (DPU Sumbar, 2000).
2.4.2
Faktor
kekuasaan
Pada abad ke 15 – 16 kerajaan Aceh
dibawah pemerintahan iskandar muda meluaskan wilayah kekuasaan dan
perdagangannya samai ke pesisir pantai barat minagkabau seperti Tiku, pariaman,
dan indrapura. Sementara pada akhir abad ke 16 mulai beroprasi perusahaan
dagang belanda yang dikenal dengan VOC (Verenigde Ost Indiscehe Company). VOC
menerapkan politik devide at impera (pecah belah) dalam perluasan perdagangan
dan kekuasannya sehingga Padang dijadikan kota pelabuhan.
Berdasarkan observasi dan dokumen
rencana tata ruang Kota Padang tahun 2003, beberapa kebijakan pemerintah yang
terlihat dalam upaya mengarahkan perkembangan kota seperti perbaikan kualitas
jalan dengan melakukan pelebaran dan pengaspalan jalan diwilayah bagian Utara
dan Timur kota. Dengan demikian dapat dikatakan perkembangan kota dilihat dari perembetan
kenampkan fisik Kota Padang di pengaruhi oleh kebijakan pemerintah terutama dalam
pembangunan infra struktur dan sesuai dengan rencana tata ruang yang ada,
sehingga pemanfaatan setiap daerah kota dapat lebih optimal dan pegembanggan
dapat dilaksanakan sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah.
Faktor kekuasaan juga berpengaruh
terhadap kegiatan pengembang yang tidak lain merupakan salah satu pihak yang
turut berpengaruh terhadap perkembangan yang terjadi dikota padang. Hal ini
terlihat dari pembangunan kompleks perumahan baik perumahan untuk pegawai
negeri, perumahan untuk masyarakat umum bahkan berupa realestate yang tesebar
dibeberap lokasi dimana terjadi perkembangan fisik kota. Lokasi pembangunannya
berada di beberapa kecamatan diantarannya: kecamatan Pau, Kecamatan Puranji,
Kecamatan Nanggalo.
Aktivitas developers yang terlihat di Kota
Padang melalui pembangunan kompleks perumahan berada di bagian utara dan timur
Kota Padang dengan adanya pembangunan kompleks perumahan ini secara tidak
langsung akan menarik penduduk untuk menempati kawasan tersebut sehingga mengurangi
kepadatan pusat kota. Pembangunan kompleks perumahan dibeberapa lokasi yang
mengarah keluar pusat kota oleh developers juga merupakan salah satu usaha
untuk mengembangkan dan mensukseskan Kota Padang dengan adanya permukiman akan
membuat pusat-pusat kegiatan baru lainnya. Hingga saat ini usaha pengembangan
kota arah keluar kota melalui pengembangan kompleks kota telah memperlihatkan
hasil.
2.4.3
Faktor Pola Jaringan Jalan
Sebagai salah satu elemen pembentuk
kota, jaringan jalan mempunyai jaringan yang sangat erat dengan penggunaan
lahan, hubungan tersebut dicerminkan dari adanya perkembangan fisik kota dan
jaringan jalan bukan hanya sebagai tempat menjalarannya perkembangan kota
tetapi juga berpengaruh pada rencana dan fungsi elemen-elemen struktur kota. Perkembangan
jaringan jalan di Kota Padang tidak begitu besar pada tahun 1998-2008. Namun
perbaikan jalan terus dilakukan terutama untuk bagian timur dan utara kota
seperti dijalur Alai Timur, Ampang hingga By pass karena kerapatan jalan lebih
tinggi di wilayah timur kota.
Perkembangan Kota Padang cenderung
mengikuti jalur-jalur yang telah ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
distribusi permukiman cenderung ke tempat-tempat yang memiliki akses yang baik.
Dengan simpulan lain bahwa aksebilitas sangat berpengaruh terhadap perkembangan
yang terjadi di Kota Padang.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
1. Sejarah
Kota Padang terbagi dalam tiga masa, yaitu masa awal (sebelum abad ke-17), masa
kolonial (abad 17-abad 19) dan masa awal kemerdekaan (abad 19-sekarang).
2. Perluasan
Kota Padang berbentuk memanjang ke arah Utara. Pada masa awal, Kota Padang
berkembang mengikuti aliran sungai Batang Arau. Pada abad ke-20, perubahan
spasial lebih banyak didorong oleh intervensi perencanaan oleh pemerintah
Hindia Belanda untuk mengisi pola dan struktur kota serta mengatur fungsi utama
kota yang sudah ada. Sedangkan pada
masa setelah kemerdekaan, perkembangan kota cenderung meneruskan bentuk kota
yang terfragmentasi, dualistik wajah kota dan didominasi oleh konsep-konsep
perencanaan kota yang seragam dan sentralistik. Sehingga ekspresi keruangan
morfologi Kota Padang sekarang ini masih banyak dipengaruhi perkembangan masa
lalunya.
3. Karakteristik
ruang perkotaan Kota Padang adalah letaknya yang menghadap Samudra Hindia dan
dikelilingi oleh jajaran pegunungan bukit barisan. Kota Padang terkenal dengan
rumah Gadang (rumah adat) sebagai identitas dan kebangaan.
4. Mengetahui
aspek atau faktor yang mempengaruhi bentuk Kota Padang.
3.2
SARAN
1. Hendaknya
pemerintah tetap mempertahankan bangunan yang menjadi sejarah Kota Padang,
sehingga para anak cucu bisa menikmati apa yang telah diperjuangkan oleh para
pendahulu mereka, dan supaya mereka bisa mengambil nilai-nilai yang luhur.
2. Dengan
banyaknya karakteristik masyarakat Kota Padang hendaknya tetap menjaga rasa
persatuan dan solidaritas sebagai langkah untuk mewujudkan agar masyarakat Kota
Padang tetap damai dan tenggang rasa dalam keberagaman.
DAFTAR PUSTAKA
Colombijn, Freek. 2005.
Kota lama kota baru: sejarah kota-kota di Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
Colombijn, Freek. 2006.
Paco-paco (kota) Padang: Sejarah sebuah kota pada abad ke 20 dan penggunaan
ruang kota. Yogjakarta: Ombak.
http://www.academia.edu/8325848/Morphologi_kota_padang
(diakses pada tanggal 08-09-2016)
http://auliaardhian.blogspot.com/2010/09/morfologi-kota-padang.html
(diakses pada tanggal 08-09-2016)
http://ekualvaresz.blogspot.com/2008_06_01_archive.html
(diakses pada tanggal 08-09-2016)
http://id.wikipedia.org/wiki/sejarah_kota_padang
(diakses pada tanggal 08-09-2016)