MOTIF SOSIAL
Di
susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial

Disusun Oleh :
1. M.
Fuji Suprapto 150521100065
2. Fery
M Heryanto 150521100078
3. Siti
Maria ulfa 150521100067
4. Avivatur
Rohmah 150521100043
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO
MADURA
BANGKALAN
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang
maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puji syukur atas
kehadiratn-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami tentang “MOTIF SOSIAL”
guna memenuhi tugas mata kuliah psikologi sosial. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkonstribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya semoga kami bisa memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik.
Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bangkalan, 15 Maret 2016
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................... 1
1.2
RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 2
1.3 TUJUAN PENULISAN ....................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1 PENGERTIAN MOTIF SOSIAL ....................................................... 3
2.2 MOTIF SOSIAL DAN MACAM-MACAMNYA ............................. 5
2.3 BEBERAPA CARA MEMOTIVASI ORANG LAIN ..................... 9
2.4 PENGARUH MOTIF DALAM PENGAMATAN ........................... 17
BAB III :
PENUTUP ............................................................................................. 19
3.1 KESIMPULAN .................................................................................... 19
3.2 SARAN ................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Motif
adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan
sehingga individu itu berbuat sesuatu. Didalam motif terdapat dua aspek
perbedaan sesuai dengan jenisnya yakni, motive biogenetis yaitu motif yang
berasal dari kebutuhan biologis sebagai makhluk hidup, motive sosiogenetis
adalah motif yang timbul dari individu dalam hubungannya dengan lingkungan
sosial. Timbulnya motif ini karena interaksi dengan orang lain.
Sedangkan motif sosial adalah motif yang timbulnya untuk
memenuhi kebutuhan individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosialnya.
Motif sosial dibagi menjadi dua yaitu motif yang ditentukan oleh keadaan di
dalam dalam diri jasmani individu dan motif yang ditentukan oleh hubungan antara
individu dan lingkungan. Motif-motif sosial itu memberikan tujuan dan arah
kepada tingkah laku kita. Motif tidak selalu dapat diaamati dari perilaku, atau
dapat dikatakan bahwa perilaku yang nampak tidak selalu menggambarkan motifnya,
motif tidak selalu seperti yang nampak, bahkan kadang-kadang motif berlawanan
dengan perilaku yang nampak. Ada dua klasifikasi motif yang pertama adalah
drive, yang kedua adalah incentives. Drives adalah yang mendorong untuk
bertindak drives merupakan proses organic internal disebut drives primer atau
drives yang tidak di pelajari. Sedangkan Incentives adalah benda atau situasi
(keadaan) yang berbeda di dalam lingkungan sekitar kita yang merangsang tingkah
laku. Incentives ini merupakan penyebab individu untuk bertindak.
Di
dalam diri individu untuk meraih keinginannya pasti ada yang memotivasi baik
dari internal maupun eksternal. Dengan adanya motivasi itu pastinya setiap diri
individu akan lebih giat dan semangat dalam menuju harapannya. Seorang pemimpin
harus memberi motivasi terhadap bawahannya. Motivasi terbagi tiga bagian yaitu
motivasi dengan kekerasan ini biasa terjadi contohnya dalam Angkatan bersenjata
dimana seorang pemimpin akan mengancam para serdadu dengan suatu hukuman, jika
mereka tidak atau kurang disiplin. Seperti itulah cara yang digunakan agar
mereka disiplin. Motivasi dengan bujukan adalah dengan cara memberikan bujukan
atau hadiah, bila orang lain itu mengerjakan sesuatu yang kita perintahkan.
Motivasi dengan identifikasi Dalam hal ini mereka berbuat sesuatu dengan suatu
rasa percaya diri sendiri bahwa apa yang dilakukan itu adalah untuk mencapat
tujuan tertentu, ada keinginan dari dalam diri. Motivasi ibarat api di dalam
pikiran seseorang yang terkadang besar membara kadang juga redup, tergantung
kondisi mentalnya. Jika seseorang ingin menggapai kesuksesan, motivasi adalah
panas api yang harus dijaga jangan sampai padam, karena padamnya motivasi
berarti kehilangan bahan bakar untuk menggerakkan mesin tubuh ini untuk
menggapai tujuan.
Memberikan motivasi adalah
menyalakan kembali api motivasi di dalam diri seseorang supaya kembali
bersemangat, memiliki keberanian dan pantang menyerah untuk melakukan sesuatu
dengan cara tertentu. Selain motivasi ada pengamatan yang juga tidak kalah
penting. Pengamatan adalah proses penglihatan dengan panca indra.
1.2
Rumusan
Masalah
a. Apa
pengertian motif dan motif sosial ?
b. Apa
saja jenis dan macam-macam motif sosial ?
c. Bagaimana
cara memotivasi orang lain ?
d. Apa
pengaruh motif dalam pengamatan ?
1.3
Tujuan
a. Untuk
menjelaskan pengertian motif dan motif sosial
b. Untuk
mengetahui jenis dan macam-macam motif sosial
c. Untuk
mengetahui bagaimana cara memotivasi orang lain
d. Untuk
mengetahui pengaruh motif dalam pengamatan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN MOTIF SOSIAL
Motif
adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Misalnya, apabila
seseorang merasa lapar, itu berarti kita membutuhkan atau menginginkan makanan.
Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon atau suatu himpunan
respon dengan keadaan dorongan tertentu.
Ada
beberapa definisi tentang motif :
1) Gerungan
(1996)
Motif itu
merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri mansia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
2) Lindzey,
Hall dan Thompson (1975)
Motif
adalah sesuatu yang menimbulkan tingkah laku.
3) Atkinson
(1958)
Motif
sebagai suatu disposisi laten yang berusaha dengan kuat untuk menuju ke tujuan
tertentu, tujuan ini dapat berupa prestasi, afiliasi ataupun kekuasaan.
Dari beberapa definisi tersebut
dapat kita uraikan definisi motif adalah sebagai berikut:
Motif
adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakan atau membangkitkan
sehingga individu itu berbuat sesuatu.
Definisi
motif sosial dari beberapa tokoh adalah sebagai berikut:
1) Lindgren
(1073)
Motif
sosial adalah motif yang dipelajari melalui kontak orang lain dan bahwa
lingkungan individu memegang peranan yang penting.
2) Barkowitz
(1969)
Motif
sosial adalah motif yang mendasari aktivitas individu dalam mereaksi terhadap
orang lain.
3) Max
Crimon dan Messick (1976)
Menyatakan
bahwa seseorang dikatakan menunjukkan motif sosial, jika ia dalam membuat
pilihan memperhitungkan akibatnya bagi orang lain.
4) Heckhausen
(1980)
Motif
sosial adalah motif yang menunjukkan bahwa tujuan yang ingin dicapai mempunyai
interaksi dengan orang lain.
Dari
beberapa definisi motif sosial itu kita uraikan sebagai berikut :
Bahwa
motif sosial adalah motif yang timbulnya untuk memenuhi kebutuhan individu
dalam hubungannya dengan lingkungan sosialnya.
Wood
Worth dan Marquis membedakan motif atas:
- Motif
yang tergantung pada keadaan dalam jasmani, ini merupakan kebutuhan
organik. Misalnya : Makan, minum dan lain-lain.
- Motif
yang tergantung hubungan individu dengan lingkungan. Ini dibedakan atas :
a. Emergency
motif atau motif darurat.
Ini
adalah motif yang membutuhkan tindakan segera karena keadaan sekitarnya
menuntut demikian.
Misalnya
: motif untuk melepaskan diri dari bahaya, melindungi matanya dan sebagainya.
b. Objective
motife atau motif obyektif.
Motif
yang berhubungan langsung dengan lingkungan baik berupa individu maupun benda.
Misalnya
: penghargaan, memiliki mobil, memiliki rumah bagus dan lain-lain.
Kalau
disederhanakan pembagian Wood Worth atas motive itu sebagai berikut :
- Motive
yang ditentukan oleh keadaan di dalam diri jasmani individu.
- Motive
yang ditentukan oleh hubungan antara individu dan lingkungan (orang dan
benda).
Motif
timbul karena ada kebutuhan. Sesuai dengan jenis kebutuhannya maka Sherif
membedakan motif atas :
- Biogenic
Motive (motive biogenetis)
Motif
yang berasal dari kebutuhan biologis sebagai makhluk yang hidup motif ini
berkembang dengan sendirinnya di dalam diri individu.
- Sociogenic
Motive (motive sosiogenetis)
Motif
ini timbul di dalam diri individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosial.
Timbulnya motif ini karena interaksi dengan orang lain. Sebab motif
sosiogenetis ini bukanlah merupakan motif yang sepenuhnya ditentukan oleh
lingkungan tetapi perpaduan antara individu dengan lingkungan.
2.2 MOTIF SOCIAL DAN MACAM-MACAMNYA
Motif sosial merupakan alasan-alasan
atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif. Dalam mempelajari
tingkah laku manusia pada umumnya seharusnya kita mengetahui apa yang di lakukan?,
bagaimana ia melakukan?, dan mengapa ia melakukannya?. Motif manusia memberikan
dorongan hasrat,dan tenaga penggerak lainnya
yang berasal dari dalam dirinya, untuk melekukan sesuatu. Motif-motif
sosial itu memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku kita. Motif tidak
selalu dapat diaamati dari perilaku, atau dapat dikatakan bahwa perilaku yang
Nampak tidak selalu menggambarkan motifnya, motif tidak selalu seperti yang
nampak, bahkan kadang-kadang motif berlawanan dengan perilaku yang nampak.
Gardner Lindzey, Calvin S. Hall Dan
Richard F. Thompson dalam buku Psychology (1975,P.339) mngklasifikasikan
motif ke dalam dua hal yaitu
1. Drives
adalah yang mendorong untuk bertindak drives merupakan proses organic internal
disebut drives primer atau drives yang tidak di pelajari. Contoh:
lapar,haus.drives yang lain diperoleh melalui belajar misalnya: persaingan.
Seperti yang kita lihat sehari-hari banyak motif melibatkan keduanya baik
komponen yang dipelajari maupun yang idak di pelajari.
2. Incentives
adalah benda atau situasi (keadaan) yang berbeda di dalam lingkungan sekitar
kita yang merangsang tingkah laku. Incentives ini merupakan penyebab individu
untuk bertindak.
Macam-macam
motif
1) Motif
biogenesis
Di
tinjau dari sudut asalnya, motif-motif pada diri manusia itu pernah di
golongkan kedalam motif-motif biogenetis dan motif sosiogenetis. Yaitu motif
yang berkembang pada diri orang dan bersal dai organismenya sebagi makhluk
biologi, dan motif-motif yang berasal
dari lingkungan kebudayanya
Motif biogenetis merupakan
motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organism orang demi
kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif ini bercorak universal dan
kurang terikat kepada lingkungan kebudayaan tempat manusia itu kebetulan berada
dan berkembang. Motif biogenesis ini adalah asli di dalam diri orang ,dan
berkembang dengan sendirinya.
2) Motif
soosiogenetis
Merupakan
motif-motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat
orang itu berada dan berkembang. Motif ini tidak berkembang sendirinya mau
tidak mau tetapi berdasarkan interaksi sosial dengan orang-orang atau hasil
kebudayaan orang. Macam-macam motif sosiogenetis banyakk sekali dan
berbeda-beda sesuuai dengan perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara
berrmacam-maccam corak kebudayaan di duia.
3) Motif
teogenetis
Pada
motif sebelumnaya banyak membahas mengenai motif yang ruang lingkupnya dari
manusia. Untuk melengkapi kedua otif tersebut ditambah lagi penggolongan ini
dengan motif manusia dengan tuhan yangmaha esa yaitu motif-motif yang
teogenetis. Motif tersebut berasal dari interaksi antara manusia dengan
tuhannya seperti yang nyata dalam ibadah dan dalam kehidupan sehari-hari dimana
iia berusaha merealisasi norma-norma agama tertentu. Pada hal terrsebut manusia
membutuhkan interaksi dengan tuhan untuk dapat menyadari tugasnya sebagai
manusia yang berketuhanan di dalam masyarakat yang beragam. Misalnya ialah
keinginan untuk mengapdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Demikianlah
pergolongan jenis-jenis motif manusia yang serba ragam itu, ditinjau dari segi
asalnya motif-motif,yaitu motif-motif biogenetis,sosiogenetis, dan teogenetis.
Macam-Macam
Motif Sosial
1.
Motif Tunggal/Motif Bergabung Motif kegiatan-kegiatan kita dapat merupakan
motif tunggal atau motif bergabung. Misalnya, mendengarkan Warta Berita RRI
mungkin mempunyai motif yang umum, mungkin juga bermotif lain, misalnya untuk
mendengarkan berita tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan di kantor kita.
Contoh lain: apabila seseorang menjadi anggota suatu perkumpulan, maka motifmotifnya
biasanya bergabung. Ia mungkin ingin belajar sesuatu yang baru bersama-sama
dengan anggota perkumpulan tersebut; disamping itu mungkin ia ingin belajar
berorganisasi; mungkin juga ia ingin mengenal dari dekat anggota-anggota
kelompok; ia juga mungkin ingin memperluas relasi-relasinya guana kelancaran
pekerjaan kantornya, dll. Dengan demikian, orang yang bersangkutan mungkin
mempunyai bermacam-macam motif yang sekaligus bekerja di balik perbuatan
menggabungkan diri dallam organisassi itu. Untuk memahami susunan motif yang
mendorong seseorang manusia dewasa berbuat sesuatu yang tidak kita mengerti
seringkali tidak mudah. Dalam hal ini patutlah dipahami lebih mendalam riwayat
dan struktur kepribadiannya, perbuatan itu sendiri, kondisi-kondisi di lingkungannya
dimana perbuatan itu dilakukan, dan saling berhubunganantara ketiga golongan
faktor tersebut. Jelaslah bahwa motif-motif manusia mempunyai peran-peran yang
sangat besar dalam kegiatan-kegiatannya, dan merupakan latar belakang
tindak-tanduknya sehingga merupakan pokok khusus dari ilmu pengetahuan
sosiologi.
2.
Motif Biogenetis Motif-motif biogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari
kebutuhankebutuhan organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara
biologis. Motif biogenetis ini bercorak universal dan kurang terikat dengan
lingkungan kebudayaannya tempat manusia itu kebetulan berada dan berkembang.
Motif biogenetis ini adalah assli di dalam diri orang dan berkembang dengan
sendirinya. Contoh motif-motif biogenetis yang dipengaruhi oleh corak kebudayaan
masyarakat tertentu.
3.
Motif Sosiogenetis Motif-motif sosiogenetis adalah motifmotif yang dipelajari
orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan
berkembang. Motif sosiogenetis tidak berkembang dengan sendirinya tetapi
berdasarkan interaksi sosial dengan orang-orang atau hasil kebudayaan orang.
Macam motif sosiogenetis banyak sekali dan berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan-perbedaanyang terdapat di antara berbagai corak kebudayaan di dunia.
Beberapa contoh: keinginan untuk mendengarkan musik Chopin atau musik legong
bali, keinginan untuk membaca sejarah Indonesia, keinginan untuk bermain
sepakbola, dan sebagiannya merupakan motif-motif sosiogenetis. Banyak motif
orang dewasa merupakan motif-motif sosiogenetis walaupun terdapat pula
motif-motif biogenetis yang dipengaruhi oleh corak kebudayaan masyarakat
tertentu. Contoh: keinginan akan memakan fastfood, pecel, puding, coklat, dan
es krim merupakan motif-motif yang berdasarkan motif ”lapar” tetapi yang
terjalin dengan keinginan-keinginan yang coraknya sangat dipengaruhi lingkungan
kebudayaan sekitar.
4.
Motif Teogenetis Motif teogenetis adalah motif yang berasal dari interaksi
antara manusia dengan tuhan seperti yang terwujud dalam ibadahnya dan dalam
kehidupannya sehari-hari dimana ia berusaha merealisasikan norma-norma
agamanya. Sementara itu, manusia memerlukan interaksi dengan tuhannya untuk
dapat menyadari akan tugasnya sebagai manusia yang berketuhanan di dalam
masyarakat yang heterogen. Contoh motif teogenetis adalah keinginan untuk
mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, keinginan untuk merealisassikan
morma-norma agamanya menurut petunjuk kitab suci, dll.
2.3 Beberapa Cara
Memotivasi Orang Lain
Menurut
Sartain, North, Strange, Chapman (1973, hal. 324-326) beberapa cara untuk
memotivasi orang lain adalah sebagai berikut:
1. Memotivasi dengan kekerasan/motivating
by force.
Cara
ini biasa terjadi contohnya dalam Angkatan bersenjata dimana seorang pemimpin
akan mengancam para serdadu dengan suatu hukuman, jika mereka tidak atau kurang
disiplin. Seperti itulah cara yang digunakan, namun biasanya menimbulkan
perasaan tidak senang bagi subjek yang terkena. Di dalam masyarakat yang
demokratis cara semacam ini kurang begitu tepat, sebab orang akan memiliki
sifat ketergantungan yang besar, dan kurang mampu membutuhkan kesadaran.
2. Memotivasi dengan bujukan/motivating by
enticement.
Cara
yang kedua adalah dengan cara memberikan bujukan atau hadiah, bila orang lain
itu mengerjakan sesuatu.bujukan atau hadiah itu dapat berupa:
• Untuk buruh atau pekerja akan
diberikan tambahan upah.
• Untuk para pelajar akan memberian
nilai yang baik.
• Dapat juga berupa status.
Cara
ini mungkin akan berhasil. Seperti halnya dengan cara yang pertama maka cara
yang kedua ini juga menimbulkan sifat ketergantungan. Para buruh tergantung
pada majikan, murid pada gurunya.
3. Memotivasi dengan
identifikasi/motivating by identivication/ Ego – Involvement.
Ini
merupakan cara yang terbaik untuk memotivasi orang lain.. Dalam hal ini mereka
berbuat sesuatu dengan suatu rasa percaya diri sendiri bahwa apa yang dilakukan
itu adalah untuk mencapat tujuan tertentu, ada keinginan dari dalam. Contohnya
seorang murid belajar bukan karena bujukan guru, tetapi murid belajar karena
memang mereka ingin memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
Brbagai
motif social
Ada
beberapa pendapat tentang motif apasajakah yang tergolong dalam motif social.
Teevan dan Smith (1964) misalnya, menggolongkan motif atau dasar
perkembangannya menjadi dua kelompok yaitu:
1. Motif Primer
Adalah
motif yang timbulnya berdasarkan proses kimiawi fisiologik dan diperoleh dengan
tidak dipelajari. Contohnya: haus dan lapar.
2. Motif Sekunder
Adalah
motif yang timbulnya tidak secara langsung berdasarkan proses kimiawi
psikologik dan umumnya diperoleh dari proses belajar baik melalui pengalaman
maupun lingkungan. Motif ekunder ini adalah: Motif berprestasi, Motif
berafiliasi, Motif berkuasa.
Motif sekunder inilah yang oleh
Teevan dan Smith disebut sebagai motif social dan pendapat ini di ikuti oleh
Lindgren (1973), Sanders et al (1976), serta Brody (1980).
Sedangkan Veroff (1979), selain
ketiga motif tersebut ada motif lain yang termasuk ke dalam motif sosial antara
lain motif integritas.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Motif-Motif Sosial
Teevan
dan Smith mengemukakan adanya empat sumber perkembangan motif sosial, yaitu:
1. Interaksi ibu dan anak
2. Interaksi anak dengan seluruh keluarga
3. Interaksi anak dengan masyarakat luas
4. pendidikan formal
Berbeda
dengan La Vine (1977) ia mengatakan kebudayaan dalam masyarakat yang berupa
kebiasaan-kebiasaan akan mempengaruhi motif sosial. Sedangkan Murray (1964)
mengatakan bahwa motif sosial sangat dipengaruhi oleh cara-cara mengasuh anak.
Pendapat-pendapat
bila disimpulkan berdasarkan pendapat banyak ahli, sehingga faktor-faktor yang
mempengaruhi motif sosial meliputi cara-cara mengasuh anak (yang meliputi
interaksi antara ibu dengan anak, anak dengan keluarga, anak dengan masyarakat
luas, dan pendidikan formal) dan lingkungan kebudayaan.
Lalu
timbulah pertanyaan “bagaimana cara memotivasi orang lain yang sedang
bermasalah? bagaimana memotivasi orang agar mau rajin belajar?”, “Bagaimana
caranya agar saya bisa mengarahkan masa
dan menyemangati mereka”, dan lain-lain.
TAHAP
PERSIAPAN
Langkah
pertama sebelum Anda memotivasi orang lain, Anda harus menjadi orang yang termotivasi atau menjadi orang yang semangat
terlebih dahulu. Bagaimana kita bisa memberikan semangat kepada orang lain jika
kita tidak memiliki semangat? Tingkatkan motivasi diri Anda terlebih dahulu,
baru kemudian berikan motivasi kepada orang lain, anak, maupun bawahan Anda.
Jika Anda semangat, bisa jadi tanpa berkata-kata pun Anda akan dikuti oleh
orang-orang di sekitar Anda. Ada yang mengatakan kalau antusias itu menular.
Maka bertindaklah dengan antusias.
Pahami
teknik motivasi terlebih dahulu. Saya menemukan banyak orang yang mencoba
memotivasi orang lain, anak, atau bawahan dengan cara yang salah. Bukan
semangat yang Anda berikan, malah yang banyak terjadi justru kontradiktif.
Sebagai contoh, banyak yang mencoba memotivasi dengan cara menekan dan
mengancam. Jika dilakukan pada orang yang salah, maka orang-orang tersebut bisa
jadi malah kabur, balik mengancam, dan saling menyalahkan. Menekan dan
mengancam memang cara memotivasi, tetapi kita harus tahu cara menggunakannya
dan kepada siapa. Sementara masih banyak teknik memotivasi yang tidak
menggunakan tekanan dan ancaman justru jauh lebih berhasil.
Pahami
orang yang akan Anda semangati. Lihat apa yang akan memotivasi dia. Mana yang
lebih dominan, apakah motivasi mengejar atau menghindar. Bagaimana cara
berkomunikasi yang baik dengan dia. Setelah paham, Anda akan lebih mudah
memotivasinya. Seringkali kita minta dipahami, tetapi lupa memahami.
Misal
: Cara Memotivasi Orang Lain Untuk Mencapai Kesuksesan
Motivasi
ibarat api di dalam pikiran seseorang yang terkadang besar membara kadang juga
redup, tergantung kondisi mentalnya. Jika seseorang ingin menggapai kesuksesan,
motivasi adalah panas api yang harus dijaga jangan sampai padam, karena
padamnya motivasi berarti kehilangan bahan bakar untuk menggerakkan mesin tubuh
ini untuk menggapai tujuan.
Memberikan
motivasi adalah menyalakan kembali api motivasi di dalam diri seseorang supaya
kembali bersemangat, memiliki keberanian dan pantang menyerah untuk melakukan
sesuatu dengan cara tertentu. Kemampuan untuk memberikan motivasi adalah adalah
sebuah keterampilan yang bisa dipelajari oleh siapa saja, seorang ibu rumah
tangga, mahasiswa, manajer, dan tentu saja pemimpin.
Manusia
ibarat sebuah gunung es yang tertutup oleh samudra, yang terkadang perlu
diingatkan bahwa yang kadang terlihat hanya kekurangan (potongan es di atas
air), namun keunggulannya tidak kelihatan karena masih di bawah permukaan air.
Salah satucara memperlihatkan potongan es yang besar itu adalah memberikan
motivasi kepada orang tersebut.
Kebutuhan
Manusia
Teori
Maslow merupakan teori populer yang menggambarkan hierarki kebutuhan manusia
yang berbeda-beda. Dengan mengetahui jenjang kebutuhan seseorang, motivator merumuskan
bentuk-bentuk motivasi yang sesuai dan lebih terfokus kepada tingkatan
kebutuhan dari seseorang.
Di
jenjang paling bawah, motivasi berbentuk materi seperti: rumah, makanan, uang,
dan sebagainya. Di jenjang berikutnya, motivasi tidak lagi berupa materi tetapi
berupa perasaan, penghargaan dan kesempatan berkarya. Oleh karena itu, teori
ini menjelaskan bahwa materi merupakan faktor mendasar yang mutlak ada sebelum
munculnya kebutuhan-kebutuhan yang lain yang sifatnya nonmateri. Dengan
demikian, motivasi dapat berbentuk dua hal, yaitu materi dan nonmateri.
Hal-hal
yang Perlu Diketahui sebelum Memotivasi Orang Lain
Untuk
menjadi seorang motivator, dibutuhkan penciptaan terus-menerus dan bukan
berasal dari kelahiran seseorang. Di bawah ini adalah hal-hal dasar yang layak
dipahami oleh seorangmotivator:
Ø Motivasi
kepada diri sendiri
Memotivasi
diri sendiri adalah hal yang pokok sebelum kita memotivasi orang lain. Kita
harus menciptakan suasana dan keteladanan yang dapat menjadi bahan bakar kita
untuk mulai membakar orang lain. Paramotivator ulung adalah orang-orang yang
dihormati atas keberhasilan mereka sebelumnya.
Di
dalam bukunya Successful Motivation in a week, Harvey memberikan pelajaran
selama seminggu belajar motivasi diri sendiri dan orang lain secara praktikal.
Harvey menyebutkan bahwa calon-calonmotivator memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
•
Positif
•
Rasa berterima kasih kepada orang-orang terbaik yang bekerja bersama kita
•
Menyadari pentingnya harga diri
Ø Kecerdasan
emosi
Pada
umumnya motivasi disampaikan lewat komunikasi lisan antarmotivator dengan orang
lain, yang mengharuskan motivator memiliki kecerdasan emosi yang baik karena
kecerdasan emosi adalah dasar untuk berkomunikasi baik dengan diri sendiri
maupun orang lain. Kecerdasan emosi mencakup pengelolaan emosi diri sendiri
maupun orang lain.
Ø Empati
Empati
adalah menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti orang lain. Perlu disadari
bahwa sesungguhnya motivasi hanya bekerja di luar, api motivasi sebenarnya
berada di dalam diri masing-masing. Oleh karena itu dengan berusaha menempatkan
diri menjadi orang lain, ide-ide untuk memotivasi orang akan menjadi lebih
tajam karena kita melihat dengan kacamata orang tersebut bukan dengan kacamata
kita sendiri.
ü Dalil-dalil
sebagai Motivator
McGinnis
memberikan 12 kunci prinsip yang merupakan rahasia pemotivasian yang perlu
dipahami sebagai seorang motivator:
1.
Harapkanlah yang terbaik dari orang yang Anda pimpin
Sebagai
seorang motivator, Anda harus membantu orang-orang untuk mencapai keberhasilan
sehingga mereka dapat memberikan yang terbaik kepada Anda. Sebagai manajer
misalnya, Anda senantiasa mendorong staf Anda untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan supaya mereka dapat memberikan performa yang terbaik di pekerjaan
mereka, dengan demikian tujuan bersama bisa tercapai. Selain meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, Anda juga selalu mengingatkan bahwa mereka
memiliki potensi tersembunyi dan keinginan untuk melihat mereka berhasil.
2.
Pelajarilah secara mendalam apa yang dibutuhkan orang
Prinsip
ini merupakan prinsip pendahuluan di mana rencana motivasi yang baik haruslah
dirancang dengan melihat keinginan/hasrat mereka saat ini dan bukan berdasarkan
rencanamotivator itu sendiri. Jangan mengganggap bahwa orang lain memiliki
kebutuhan yang sama dengan Anda.
3.
Menetapkan standar keunggulan yang tinggi
Menetapkan
standar keunggulan yang tinggi berarti mendorong seseorang untuk mencapai
target atau nilai tertentu, misalnya catatan waktu bagi seorang atlet renang,
volume sales untuk Manajer Sales, dan lain sebagainya. Standar keunggulan juga
merupakan budaya/kebiasaaan yang menjunjung tinggi prestasi tertentu, misalnya
kualitas, rekor, inovasi, dan sebagainya. Memiliki keunggulan yang tinggi
merupakan kebanggaan tersendiri bagi seseorang yang mampu meraihnya.
4.
Ciptakan suasana di mana kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal
Motivator
yang tulus akan selalu mengingatkan bahwa kegagalan bukan berarti akhir dari
segalanya. Tidak ada manusia yang tidak pernah gagal tetapi hanya sedikit yang
mampu bangkit dari kegagalannya dan merekalah yang mencapai keberhasilan.
Kegagalan adalah pengalaman yang akan membentuk kesuksesan. Seorangmotivator
tidak akan mengumumkan kegagalan seseorang tetapi hanya keberhasilan yang
dicapai. Motivator dapat memberikan contoh-contoh orang berhasil di dunia yang
melalui berkali-kali kegagalan, di antaranya : Thomas Alva Edison, Abraham
Lincoln, Winston Churcill, Soekarno, dan lain-lain.
5.
Jika Anda mengharapkan seseorang untuk melakukan apa yang Anda inginkan, maka
topanglah rencananya yang mengarah ke tujuan itu.
Prinsip 5 ini mengajarkan seorang motivator
yang senantiasa mendukung orang lain untuk melakukan apa yang si motivator
tersebut inginkan. Prinsip 5 ini cukup kontroversial karena seakan-akan kita
memperalat seseorang, akan tetapi di baliknya tidaklah demikian. Sebagai contoh
adalah seorang ayah yang menghendaki anaknya menjadi seorang petenis
profesional, berjuang sejak anaknya masih kecil. Sang ayah sebagai motivator
memancing minat dan menggali bakat tenis dari anaknya sendiri, menemaninya
berlatih dan bertanding terus-menerus sampai anaknya berhasil menjadi
petenisprofesional . Tidak hanya itu, ia juga mendorong dan membesarkan hati
anak-anaknya dalam mengejar berbagai sasaran setingi mungkin, dan yang bisa
melakukan motivasi sesuai dengan cita-cita anaknya, maka hal itu di kemudian
akan memberi arti yang sangat penting bagi kehidupan anak-anaknya (McGinnins).
6.
Pakailah keteladanan untuk merangsang keberhasilan
Untuk
membujuk seseorang melakukan sesuatu, menuntut kita sendiri yang harus memberi
contoh agar dia melakukannya. Cerita mengenai kerja keras dan keberhasilan
dapat membuat seseorang menjadi yakin karena cerita-cerita tersebut langsung
mengena ke hati yang menggetarkan perasaan dan mengubah sikap kita.
7.
Kenalilah dan berikan pujian atas prestasi
Sebuah
pujian adalah penguatan secara positif dalam psikologi. Berikanlah pujian
secara langsung dan dapat diketahui juga oleh orang banyak. Carnegie sebagai
seorang motivator manusia mengatakan manusia adalah makhluk yang haus akan
pujian atas prestasi mereka.
8.
Pergunakanlah perpaduan antara pergulatan yang positif dan pergulatan yang
negatif.
Pergulatan
negatif adalah pujian, penghargaan, kasih dan lain-lain sedangkan pergulatan
negatif adalah teguran, hukuman, amarah, dan lain-lain. Kedua pergulatan ini
adalah dua hal yang saling bertolak belakang tetapi sama-sama merupakancara
untuk memotivasi orang. Seorang motivator harus jeli melihat kapan menggunakan
pergulatan negatif atau positif untuk memotivasi orang. Dalam situasi tertentu,
motivator bisa saja bertindak keras, tetapi selalu bertindak adil sehingga
seseorang bisa memahami nilai-nilai yang ingin ditanamkan dan tidak asal
melihat hukumannya saja. Secara keseluruhan, McGinnis menganjurkan lebih banyak
pujian dibandingkan hukuman.
9.
Sesekali ciptakan hasrat untuk bersaing
Persaingan
tidak terlalu efektif jika terus-menerus dilakukan karena bisa menciptakan
perasaan dimanipulasi, saling menjegal yang menciptakan kompetisi yang tidak
sehat. Gunakanlah persaingan untuk memberikan inspirasi dan memacu semangat,
bukan hanya media untuk melemparkan kritik.
Berikut
ini dua contoh kalimat untuk memotivasi tetapi terdapat perbedaan makna di
dalamnya:
*Ana,
kapan kamu mau membersihkan kamarmu sendiri? Kenapa sih kamu nggak seperti
temanmu yang memiliki kamar yang bersih dan rapi?
*Ana,
apakah kamu menyenangi kamar Ria yang bersih? Kapan kamu mau bersih-bersih
kamar lagi?
10.
Upayakanlah kerjasama
Kerjasama
di ini berarti melakukan sesuatu secara bersama-sama. Kebersamaan membangkitkan
motivasi yang luar biasa karena semakin banyak yang ”menemani” maka semakin
kuat tekad yang timbul.
11.
Upayakan agar di dalam kelompok ada peluang untuk melawan.
Sewaktu
memimpin sebuah kelompok yang memiliki beberapa orang anggota dengan sifat melawan,
seorang pemimpin sekaligus motivator tidak selalu mengganggap kehadiran seorang
pemberontak akan mematikan niat kita sebagai motivator mereka. Sifat
kontradiksi adalah alami dari manusia yang ingin membatasi kekuasaan pimpinan
yang menentukan nasib mereka. Hal seperti ini dapat membawa angin positif
karena pemberontak dapat berkembang menjadi pemikir yang bebas, kritis dan
kreatif, memiliki pendapat sendiri dan berkemampuan untuk memimpin orang-orang.
Menghadapi para perusuh membutuhkan kiat-kiat tersendiri, misalnya berusahalah
untuk selalu mencari tahu dan menerima tingkah laku mereka dalam batas wajar,
mintalah pertolongan darinya, dan carilah sisi-sisi terbaik mereka. Tetapi jika
menjadi sangat parah, Anda sebaiknya menggeser atau memecat orang tersebut.
Dengan demikian secara tidak langsung Anda telah menciptakan pemimpin-pemimpin
baru yang akan mengerjakan tugas-tugas Anda di masa mendatang dan Anda sendiri
dapat meninggalkan kelompok tersebut untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi
lagi.
12.
Usahakanlah agar motivasi Anda tetap tinggi
Beberapa
cara seorang motivator dapat memotivasi dirinya sendiri adalah: bergaullah
dengan orang-orang yang berhasil dan berpikiran positif, awasi gagasan-gagasan
yang masuk, manfaatkan sumber informasi, tingkatkanlah kemampuan dan
keterampilan Anda dengan mengikuti kursus/ seminar, tingkatkan spiritualitas
Anda.
2.4 PENGARUH MOTIF
DALAM PENGAMATAN
Motif, sikap, dan pengamatan
semuanya merupakan bagian yang saling berkaitan dalam keseluruhan organisasi
kepribadian individu. Sikap itu timbul dan merupakan fungsi daripada motif.
Kita tidak pernah akan mengamati semua stimulus yang mengenai alat indera kita.
Pengamatan kita bersifat selektif, dan sifat selektif ini ditentukan oleh
perhatian kita.
Pengamatan itu juga dipengaruhi oleh
sikap yang latent maupun oleh motif kuat yang muncul pada suatu saat. Bruner
dan Godman (1947) meminta kepada anak-anak percobaan untuk membandingkan bintik
cahaya dengan sejumlah mata uang logam yang berbeda-beda ukuran besarnya.
Anak-anak itu ternyata semuanya menaksir lebih ukuran semua mata uang logam
itu. Tetapi ternyata, bahwa anak-anak dari keluarga yang miskin taksirannya
lebih besar daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang mampu (kaya),
lebih-lebih untuk mata uang yang lebih besar nilainya.
Jadi, motif, sikap dan bahkan
“posisi sosial” sebagaimana tercermin dalam kekayaan keluarga, semuanya
mempengaruhi pengamatan kita terhadap dunia sekitar. Oleh karena itu motif dan
sikap dipelajari dalam rangka proses sosialisasi, maka pengamatan manusia
terhadap “kenyataan” fisik maupun sosial itu didasarkan atas proses interaksi
sosial.
Konsep dasar yang sama mengenai
hakikat pengamatan antar pribadi seperti itu tercermin pula dalam karya-karya
sosiologi klasik, khususnya dalam konsep Cooley (1902) tentang “cermin
diri-pribadi” dan dalam konsep George Mead (1934) tentang dua macam diri, yaitu
“aku” dan “kau”. Kedua sarjana itu berpendapat, bahwa dalam diri anak mula-mula
berkembang kesadaran tentang dirinya sebagai sesuatu kesatuan yang terpisah dan
berbeda dengan lingkungannya karena orang lain merespon dirinya sebagai obyek
yang terpisah dan otonom. Apabila dalam diri individu telah berkembang konsep
tentang diri, dia akan menjadi sadar tentang dirinya sendiri sebagai obyek dari
pengamatannya sendiri sebagai sesuatu yang berbeda dengan dirinya sebagai
pengamat. Selanjutnya, evaluasinya tentang dirinya sendiri muncul sebagai
pencerminan dari evaluasi orang-orang lain tentang dirinya. Menurut Cooley dan
Mead, inti sari dari pada kepribadian individu itu, yakni konsep tentang
dirinya, muncul pertama kali dan berkembang selanjutnya melalui proses
interaksi sosial dengan orang lain.
Ada suatu mazhab psikhoterapi
(Rogers, 1942) yang secara keseluruhan dibangun di atas teori Mead yang mengatakan
bahwa konsep aku itu sangat penting dalam proses penyesuaian diri dan bahwa
evaluasi tentang diri sendiri itu mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan
perubahan-perubahan evaluasi orang lain terhadap dirinya. Belum lama berselang
Fiedler dan rekan-rekannya (1959) telah membuktikan bahwa pengamatan antar
pribadi itu berhubungan dengan proses penyesuaian dirinya. Dalam penelitiannya
bahwa, individu-individu yang melihat dirinya sebagai sama dengan orang-orang
lain dengan siapa mereka mempunyai hubungan akrab dan yang dipandang sama oleh
orang-orang yang dianggap “penting” akan memperlihatkan penyesuaian pribadi
yang lebih baik dari pada orang-orang yang tidak demikian.
Newcomb (1953) membuktikan bahwa,
pengamatan kita terhadap orang lain berkaitan erat dengan sikap mengenai
hal-hal yang menyagkut orang lain tersebut. Kita cenderung setuju dengan orang
yang kita senangi dan senang kepada orang yang kita setujui. Kita juga
cenderung tidak setuju dengan orang yang tidak kita senangi dan tidak senang kepada
orang yang kita tidak setujui.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Motif merupakan suatu
pengertian yang mencukupi semua penggerak, alasan, atau dorongan dalam diri
manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Sedangkan motif sosial adalah
motif yang timbul untuk memenuhi kebutuhan individu dalam hubungannya dengan
lingkungan sosialnya. Didalam motif terdapat dua aspek perbedaan sesuai dengan
jenisnya yakni, motive biogenetis yaitu motif yang berasal dari kebutuhan
biologis sebagai makhluk hidup, motive sosiogenetis adalah motif yang timbul
dari individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosial.
Di dalam diri individu untuk meraih
keinginannya pasti ada yang memotivasi baik dari internal maupun eksternal.
Dengan adanya motivasi itu pastinya setiap diri individu akan lebih giat dan
semangat dalam menuju harapannya. Seorang pemimpin harus memberi motivasi
terhadap bawahannya. Motivasi terbagi tiga bagian yaitu motivasi dengan
kekerasan ini biasa terjadi contohnya dalam Angkatan bersenjata dimana seorang
pemimpin akan mengancam para serdadu dengan suatu hukuman, jika mereka tidak
atau kurang disiplin. Seperti itulah cara yang digunakan agar mereka disiplin.
Motivasi dengan bujukan adalah dengan cara memberikan bujukan atau hadiah, bila
orang lain itu mengerjakan sesuatu yang kita perintahkan. Motivasi dengan
identifikasi Dalam hal ini mereka berbuat sesuatu dengan suatu rasa percaya
diri sendiri bahwa apa yang dilakukan itu adalah untuk mencapat tujuan
tertentu, ada keinginan dari dalam diri.
3.2 SARAN
Demikian
makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran
dan kritik yang ingin di sampaikan, mohon sampaikan kepada kami.
Apabila terdapat kesalahan mohon
dapat memaafkan dan
memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah dan
lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/MOTIF_SOSIAL.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar